Sunday, December 28, 2008

MITRAL STENOSIS

PENDAHULUAN

Mitral stenosis (MS) didefinisikan sebagai blok aliran darah pada tingkat katub mitral, akibat adanya perubahan struktur mitral leaflets yang menyebabkan tidak membukanya katub mitral secara sempurna pada saat diastolik.
Penyebab utama dari mitral stenosis adalah demam rematik dengan insiden pada 99% kasus mitral stenosis. Kira-kira 25% dari semua pasien dengan penyakit jantung rematik disebabkan oleh mitral stenosis murni, 40% kasus dengan kombinasi antara mitral stenosis dan mitral regurgitasi. Walaupun demikian, sekitar 30% pasien stenosis mitral tidak diketahui adanya riwayat demam rematik sebelumnya.

Perubahan anatomis pada stenosis mitral dapat terjadi pada :
a. Komisura, terjadi perlengketan atau perubahan bentuk
b. Daun katub, menebal serta terbentuk jaringan fibrosa.
c. Chordae tendinea menebal, memendek serta dapat saling melekat.
Perubahan anatomis di atas dapat berdiri sendiri, tetapi dapat juga terjadi kombinasi. Sekitar 50% mitral stenosis merupakan kelainan struktur campuran.
Timbulnya keluhan pada pasien stenosis mitral adalah akibat peninggian tekanan vena pulmonal yang diteruskan ke paru. Gejala-gejala yang timbul pada pasien mitral stenosis antara lain dispnea, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, hemoptisis, palpitasi, dan nyeri dada.
Gejala-gejala yang muncul tergantung dari derajat MS :
• MS ringan : MVA 1,6 sampai 2 cm2
Mungkin terjadi sesak nafas pada beban fisik yang sedang, tetapi pada umumnya dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari. Beban fisik berat, kehamilan, infeksi atau atrial fibrilasi (AF) rapid respon dapat menyebabkan sesak nafas yang hebat.
• MS sedang-berat : MVA 1 sampai 1,5 cm2
Gejala sesak nafas mengganggu aktivitas sehari-hari, sesak nafas timbul seperti jalan cepat, jalan menanjak. Infeksi pulmonal, AF dengan QRS rate cepat sebagai pemicu, mendasari terjadinya kongesti pulmonal, dan memerlukan penanganan emergency dan perawatan di rumah sakit. Batuk, sesak nafas, suara nafas wheezing, hemoptisis mirip atau disangka bronchitis karena kadang-kadang bising diastolik tidak terdengar oleh aukultator yang tidak terlatih. Palpitasi biasanya akibat Atrial fibrilasi..
• MS berat : MVA <>
pendahuluan Laporan kasus Resume Diskusi Daftar Pustaka
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MR
Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bangko no 80
Masuk RS : 3 Agustus 2008
Ruangan : Baji Pamai 2 kmr 210

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk darah

Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 3 bulan SMRS,memberat 1 hari terakhir. Batuk disertai darah merah segar +/- ½ gelas, lendir (+) warna putih, keringat malam (-)
Demam (-), riw demam (+), kadang-kadang, menggigil (-),
Sesak napas (+), dirasakan memberat 1 bulan terakhir, terutama saat beraktivitas, dipengaruhi oleh posisi, lebih nyaman dengan posisi duduk, tidak dipengaruhi cuaca, riwayat terbangun pada malam hari karena sesak (+)
Mual (+) , muntah (+) terutama setelah batuk, isi sisa makanan, nyeri ulu hati (+), Nafsu makan menurun, Berat badan dirasakan tetap.

BAK : Lancar, warna kuning
BAB : Biasa, ampas (+)
RPS :
• Riwayat batuk darah tahun 2005, dirawat di RS Labuang Baji dengan diagnosis ?? berobat tidak teratur. Riwayat batuk lama (-), Riwayat kontak dengan penderita batuk lama (-) ,
• Riwayat minum OAT (-)
• Riwayat Hipertensi (-)
• Riwayat DM (-)

III. PEMERIKSAAN FISIS
• Status present : Sakit sedang/ Gizi cukup / Komposmentis
BB : 57 Kg
TB : 162 cm
IMT : 21,7 Kg/ m2

• Tanda vital
Tensi : 130/ 80 mmHg
Nadi : 74 x/ menit,irreguler, tidak kuat angkat.
Pernafasan : 28 x/ menit, thorakoabdominal.
Suhu : 37 0C, axilla.

• Kepala
Konjunctiva : Anemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Bibir : Sianosis (-)
Sklera : Ikterus (-)

• Leher
Massa tumor (-) Pembesaran kelenjar (-)
Nyeri tekan (-) Deviasi trakea (-)
DVS : R+1 cm H2O

• Thoraks
Inspeksi : Simetris kiri=kanan, spider nevi (-)
Palpasi : Massa tumor (-), Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor, BPH ICS IV kanan depan
Auskultasi : BP ; Bronkhovesikuler
BT; Rhonchi (+) pada basal paru kanan, Wheezing -/-

• Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba ICS V LMCS.
Perkusi : Pekak, Batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/ II irreguler, bising diastol(-)

• Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : Massa tekan (-), Nyeri tekan (+) regio epigastrium, H/L ttb
Perkusi : Tymphani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

• Ektremitas :
Udem pretibial (-)
Udem dorsum pedis (-)

IV. PEMERIKSAAN SEMENTARA
Laboratorium
? WBC 10,14x103 /µl
? RBC 5,34x106 /µl
? Hb 14 mg/dl
? Ht 46,78%
? Plt 248x103 /µl

USG Abdomen (31/7/08) :
? Hepar : pelebaran cab. V. hepatica
? Efusi pleura basal
? Ascites (+)
? GB, lien pancreas, ren & VU normal
Kesan : liver kongestif,MS

V. DIAGNOSIS SEMENTARA
D/ - Hemoptisis ec Susp mitral stenosis
DD/ TB paru

VI. PENATALAKSANAAN AWAL
- Istirahat
- O2 1 – 2lpm
- IVFD RL : D5% 28 tts/ menit
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Adona 1 amp/tgc
- Ranitidine 1 amp/12 jam/iv

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
• Darah rutin, LED, urin lengkap
• SGOT, SGPT
• Ureum, kreatinin
• GDS
• Sputum BTA 3x, gram , jamur
• EKG

pendahuluan Laporan kasus Resume Diskusi Daftar Pustaka
RESUME
Seorang laki-laki, umur 26 tahun MRS dengan hemoptysis sejak 3 bulan SMRS. Demam (-), riw demam (+), kadang-kadang. Mual (+), nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun, riwayat batuk darah tahun 2005, berobat tidak teratur, riwayat DM (-).
Dari pemeriksaan fisis didapatkan status present : sakit sedang/ gizi cukup / komposmentis dengan index massa tubuh (IMT) 21,7 kg/m2, tanda vital : TD: 130/ 80 mmHg, nadi : 74 x/ menit, pulsus defisit, pernafasan : 28 x/ menit, Leher : pembesaran kelenjar tidak ada, DVS : R-1 cm H2O. Thoraks : BP ; Bronkhovesikuler dan BT; Rhonki (+) pada basal paru kanan, Wheezing -/-.Jantung :BJ I/ II irreguler, bising (-), ekstremitas : udem (-).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 10,14x103/mm3 , RBC 5,34x106/mm3, Hb 14 mg/dl, Plt 248x103/ mm3, SGOT 29 mg/dl, SGPT 43mg/dl , Ureum 10,4 mg/dl , Creatinine 0,94 mg/dl, BTA hasil (-), EKG ditemukan atrial fibrilasi (AF) dan hipertrofi ventrikel kanan(RVH), foto thorax menunjukkan kesan limpadenopati hilus, efusi pleura kanan, tanda bendungan paru ec ??, USG Abdomen berupa liver kongestif , mitral stenosis.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosis suspek mitral stenosis.

pendahuluan Laporan kasus Resume Diskusi Daftar Pustaka
DISKUSI
Diagnosis mitral stenosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisis, pemeriksaan foto thorax ,EKG dan echocardiography. Pada pasien dengan mitral stenosis mungkin tidak ditemukan keluhan atau gejala namun memiliki abnormalitas pada pemeriksaan fisis.
Pada pasien ditemukan keluhan batuk darah, sesak terutama saat beraktivitas (dispnea d’effort) ,dan nyeri dada. Mitral stenosis adalah terjadinya penyempitan katup sehingga berkurangnya aliran saat diastole. Hal ini semua menyebabkan berkurangnya daya alir katup mitral. Hal ini akan meningkatkan tekanan di atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri saat diastole. Jika peningkatan tekanan ini tidak berhasil mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan selanjutnya juga menyebabkan bendungan vena-vena pulmonalis dan cabang-cabang, kapiler, arteriol, dan arteri pulmonalis sehingga terjadi hipertensi pulmonal. Hipertensi system pembuluh darah pulmonal merupakan systolic overload dari pada ventrikel kanan dengan akibat dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan. Pecahnya vena bronkhialis ini akan menimbulkan hemoptoe.
Hemoptisis atau batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak mengandung darah, berasal dari saluran nafas di bawah pita suara. Pada pasien dengan mitral stenosis, hemoptisis diakibatkan oleh reflexi hipertensi vena pulmonal pada vena bronchial. Hemoptisis dapat terjadi pada setiap kenaikan tekanan vena pulmonal yang mendadak, misalnya akibat latihan jasmani yang dilakukan secara tiba-tiba.
Sesak pada pasien mitral stenosis dipresipitasi oleh aktivitas (latihan), stress emosional, infeksi, atau atrial fibrilasi yang meningkatkan aliran darah melewati katub mitral dan menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri. Dispnea umumnya merupakan keluhan utama pada Mitral Stenosis, keluhan ini diakibatkan tekanan tinggi pada atrium kiri dan pembuluh kapiler dan terjadi bendungan paru kronik disertai episode edema alveolus, keluhan akan berkurang apabila tekanan turun. Paroxysmal nocturnal dispnea diakibatkan redistribusi cairan pada waktu tidur, cairan ekstravaskuler masuk kedalam intravaskuler sehingga menambah volume darah, menambah venous return, terjadilah bendungan pada MS.
Perubahan-perubahan kronik pada MS terutama pada lobus bawah meskipun terdapat vasokontriksi pada arteri dan vena tempat tersebut, ini dikarenakan gaya gravitasi. Pada keadaan yang lebih berat terdapat dilatasi vena-vena pada lobus atas, karena menampung darah yang lebih. Pada MS berat pada lobus bawah terdapat edema interstitial yang kronik yaitu keluarnya cairan dari kapiler yang terjadi terus menerus. Alveoli menjadi lebih kaku karena pembuluh kapiler pada dinding alveoli mengalami dilatasi dan transudasi, pada bronchial proses tersebut mengakibatkan penyempitan.
Nyeri dada pada pasien stenosis mitral dihubungkan dengan adanya tekanan tinggi pada ventrikel kanan hebat yang menyertai penyakit pembuluh darah paru dan aterosklerosis.
Atrial fibrilasi yang umumnya mengikuti mitral stenosis lebih berkaitan dengan umur dibandingkan dengan tingkat keparahan dari stenosis. Apabila atrial fibrilasi memiliki perlangsungan akut, seringkali dikaitkan dengan suatu respon cepat dari ventrikel (rapid ventricular response). Peningkatan denyut jantung terutama menurunkan waktu diastole, aritmia menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel kiri yang menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri yang mendadak dan penurunan cardiac output. Pasien mitral stenosis dengan kronik atrial fibrilasi merupakan resiko timbulnya stroke emboli (7-15%/tahun).
Diagnosis pasti mitral stenosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan echocardiography. Dengan pemeriksaan Echocardiography dapat ditentukan derajat stenosis katub mitral, dimensi ruang-ruang jantung, ada tidaknya kelainan penyerta terutama regurgitasi mitral, stenosis atau regurgitasi aorta, ada tidaknya trombus pada atrium kiri.
Prinsip dasar pengelolaan mitral stenosis adalah melebarkan lubang katub mitral yang menyempit, tetapi indikasi intervensi ini hanya untuk penderita kelas fungsional III (NYHA) ke atas.
Digoxin diberikan pada AF dengan respon ventrikel atau QRS rate cepat sehingga fase sistolik diperpanjang. Dosis digitalisasi 2 x 1 tab/hari selama 2 – 3 hari kemudian disusul dengan dosis maintenance 1 x 1 tab atau 1 x ½ tab perhari.
Diuretika diberikan pada MS sedang sampai berat berupa Furosemid (1 tab 40 mg), dosis ½ tab sampai 1 tab perhari. Pada pasien dengan tanda-tanda bendungan paru diberikan furosemide IV.
Profilaksis sekunder dengan benzatin penisilin dosis 1,2 juta unit IM setiap bulan, terutama pada penderita dengan lingkungn buruk dimana merupakan factor yang memudahkan terjadinya reinfeksi dengan streptokok.Profilaksis terhadap endokarditis bacterial, diberikan antibiotik pada tindakan bedah, cabut gigi, pasang kateter, partus, dan tindakan bedah lainnya terhadap penderita cacat jantung : katup, penyakit jantung bawaan.


pendahuluan Laporan kasus Resume Diskusi Daftar PustakaDAFTAR PUSTAKA

Braunwald, Eugene, Douglas P. Zipes, Peter Libby.2001. Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine 6th ed.: Chapter 46. Valvular Heart Disease, Pennsylvania : W. B. Saunders Company
Gumiwang,Iwang,D.Manurung. 2004. Ilmu Penyakit Dalam : Bab V. Ilmu Penyakit Jantung. Jakarta : Penerbit FKUI. p. 1026-1034
http://www.sciencedirect.com/science?_ob=MImg&_imagekey=B6T18-3V4K6PJ-1V-1&_cdi=4884&_user=10&_orig=search&_coverDate=11%2F01% 2F1998&_sk=999679994&view=c&wchp=dGLbVzW-zSkWb&md5 =decf6a78c2d32f0a4ca53d15706ac5e0&ie=/sdarticle.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Mitral_stenosis
Kiatchoosakun ,Songsak. Valvular Heart Disease. Available from : http:// www.web.uct.ac.za/depts/medicine/reports/student%20notes/cardiology/notes%20mitral%20valve%20disease.pdf
Mansjoer,Arief,dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 ed 3: Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Media Aesculapius. p.443-444
Yusak,M. 2000. Buku Ajar Kardiologi : Mitral Stenosis. Ed Lili Ismudiati Rilantono,dkk. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. p. 135-139


Saturday, December 13, 2008

KRIM HORMON MENGURANGI GEJALA-GEJALA MENOPAUSE


penelitian menunjukkan preparasi dengan senyawa biasa dapat juga mendorong kesehatan jantung

oleh Charlene Laino

WebMD Health News

12 November 2008 (New Orleans)-- para peneliti menduga krim hormon “alami” dapat membantu menghilangkan “hot flashes”, keringat malam, depresi dan gejala-gejala lain dari menopause.

Sebagai keuntungan tambahan, dapat juga meningkatkan kesehatan jantung , kata para peneliti.

Para peneliti meneliti krim dengan senyawa biasa yang dibuat dari hormon derivat tumbuhan yang secara biokimia mirip dengan yang diproduksi oleh tubuh. Sebuah preparat mengandung satu atau lebih hormon berbeda dalam jumlah yang berbeda untuk digunakan oleh setiap wanita yang membutuhkan.


Hormon-hormon dengan senyawa ini telah meningkatkan ketertarikan sejak penelitian besar yang dibiayai pemerintah yang dikenal the Women's Health Initiative menghubungkan penggunaan istilah lama dari terapi penggantian hormon konvensional pada wanita menopause pada peningkatan resiko penyakit jantung, stroke, dan kanker payudara.
Tetapi, yang ada hanya sedikit penelitian yang didesain menunjukkan preparat hormon dengan senyawa biasa bekerja dengan baik.
Penelitian baru ini menduga bahwa ada kandungan “ yang mammpu mengembalikan perubahan pada satu kehidupan wanita,” kata Kenna Stephenson ,MD, dari the University of Texas Health Science Center di Tyler.
“ terapi hormon yang bersifat individual adalah yang wanita butuhkan,” katanya pada WebMD.
Stephenson mempresentasikan penelitian baru ini pada American Heart Association's Scientific Session 2008.
Krim biasa meningkatkan gejal-gejala menopause
penelitian selam 12 bulan yang melibatkan 150 wanita perimenopause dan postmenopause yang berumur antara 30 hingga 70 tahun. Sebagian diberikan pil hormon konvensional – pil pengendali kehamilan pada wanita muda dan Prempro ( estrogen dan progesterone) atau Premarin ( hanya estrogen) pada wanita menopause.
Sebagian lagi diberikan krim yang mengandunh campuran biasa dari beberap kombinasi estrogen, progesterone , dan androgen testosterone dan DHEA.
Sementara androgen merupakan label untuk hormon pria,” hormon ini penting untuk kesehatan wanita juga. Suatu defisiensi telah dikaitkan dengan gejala-gejala menopause, kehilangan libido, dan masalah-masalah lain, Stephenson menambahkan.
Pharmasist secara khusus menempatkan krim dalam spoit plastik yang mengandung jumlah tepat kebutuhan wanita setiap hari, katanya.
Setahun kemudian, wanita yang menggunakan campuran hormon dilaporkan secara bermakna kurang dalam depresi, kecemasan, dan nyeri. Mereka mengalami sedikit “hot flashes” dan keringat dingin. Kualitas hidup mereka membaik. Tekanan darah dan trigliserida menurun. Level C- reactive protein (CRP) dan tanda-tanda inflamasi berbahaya lainnya dalam arteri yang dapat berkembang menjadi bekuan darah berkurang.
Sebaliknya, pil dengan hormon konvensional telah menunjukkan peningkatan trigliserida dan level CRP, kata Nieca Goldberg,MD, seorang jurubicara dari American Heart Association dan spesialis jantung di Lenox Hill Hospital di New York.
“Hal ini menunjukkan bahwa preparat ini dapat melindungi dari serangan gejala-gejala menopause sebaik pada penyakit jantung, tetapi tentu membutuhkan penelitian yang lebih besar untuk memastikannya,” katanya pada WebMD.
Stephenson mengatakan wanita yang ingin menggunakan campuran hormon harus yakin bahwa mereka memilih seorang farmasist yang berlisensi dan telah terlatih.
The International Academy of Compounding Pharmacist, yang membantu dalam pembiayaan penelitian ini, membangun sebuah daftar anggota dengan pelatihan khusus, katanya.

Friday, December 5, 2008

Berbicara melalui Telepon Seluler berbahaya bagi para pengemudi

Penelitian menunjukkan berbicara melalui telepon seluler lebih berbahaya dibandingkan berbicara dengan penumpang.
Oleh Caroline Wilbert

1 Dec 2008 – pengemudi , berikut ada satu alasan lagi untuk tidak mengaktifkan telepon seluler anda. Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa pengemudi membuat lebih banyak kesalahan ketika berbicara melalui telepon seluler dibandingkan dengan mereka yang berbicara dengan penumpang yang lain.
Penelitian ini dirilis di Journal of Experimental Psychology :Applied. Para peneliti menganalisa kemampuan para pengemudi dari 41 pasang dari sebagian besar orang dewasa muda pada simulasi situasi mengemudi. Para pengemudi dipasangkan dengan teman yang bertindak sebagai rekan bercakap-cakap.
Para pengemudi dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok pertama berupa pengemudi yang berbicara melalui handsfree telepon seluler dengan rekannya. Kelompok kedua berbicara dengan penumpangnya yang duduk disamping mereka saat melakukan simulasi mengemudi. Kelompok ketiga tidak melakukan percakapan.
Rekan berkomunikasi, yang berbicara melalui telepon seluler atau yang duduk di samping pengemudi, diminta menceritakan satu cerita tentang pengalaman menjelang meninggal.
Rata-rata usia partisipan sekitar 20 tahun. Mereka semua memiliki SIM di Utah.
Pengalaman mengemudi didesain mendekati pengalaman nyata saat di jalan raya. Mobil-mobil lain di jalan semakin cepat dan mengubah lintasan, menghiraukan aturan lalu lintas. Ada jalur landai dan menanjak, jalur layang, dan dua jalur pada tiap arah. Para pengemudi diminta keluar saat berhenti istirahat khusus sekitar 8 mil setelah start mengemudi.
Para penumpang yang berbicara pada telepon seluler mendemonstrasikan mengemudi yang buruk, berdasarkan para peneliti. Pembicara melalui telepon seluler membelok lebih jauh ke dalam jalur lain dan melakukan 4 kali nyaris kesalahan hingga berhenti istirahat.
Para peneliti menganalisa pembicaraan dan pola berbicara dan menawarkan segenggam kemungkinan untuk menjelaskan perbedaan cara mengemudi. Salah satu kemungkinan penjelasan : penumpang sering berdiskusi mengenai kondisi jalan. Hal ini menjelaskan kepada peneliti bahwa berbicara dengan seorang penumpang mungkin lebih aman dibanding berbicara melalui handsfree karena penumpang menjadi rekan dalam pengalaman mengemudi.


11 Alasan Terpopuler Memilih Makanan Cepat Saji



Sekitar 600 orang dewasa dan remaja di Minneapolis – St Paul diwawancara dalam penelitian selama 2005-2006. Kebanyakan dilaporkan makan makanan cepat saji sekurang-kurangnya tiga kali seminggu.
Berikut adalah 11 alasan makan hidangan makanan cepat saji berdasarkan persentase orang-orang yang setuju dengan setiap pernyataan :
1.Makanannya cepat saji : 92,3%
2.Makanannya mudah didapatkan : 80,1%
3.Saya suka rasa makanan cepat saji : 69,2%
4.Makanannya tidak mahal : 63,6%
5.Saya sangat sibuk untuk bisa memasak : 53,2%
6.Ini merupakan perlakuan bagi saya : 50,1%
7.Saya tidak suka mempersiapkan makanan untuk saya sendiri : 44,3%
8.Teman/keluarga saya menyukainya : 41,8%
9.Ini adalah cara bersosialisasi dengan teman dan keluarga : 33,1%
10.Makanannya memiliki banyak gizi yang ditawarkan : 20,6%
11.Makanannya menyenangkan dan entertaining : 11,7%

“Saya terlalu sibuk untuk memasak”lebih populer pada orang-orang pada tingkat universitas dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih rendah. Dan dewasa muda kurang menyukai dibanding yang dewasa untuk mengatakan mereka makan makanan cepat saji karena menawarkan banyak pilihan gizi.
Penemuan ini muncul di edisi Desember Journal of the American Dietetic Association
Dikutip dari WebMD Health News
Rydell, S. Journal of the American Dietetic Association, December 2008; vol 108: pp 2066-2070.