Thursday, August 13, 2009

Fibrilasi Atrium ,Diagnosis dan Penatalaksanaan (5)

Siapa yang dengan riwayat onset baru fibrilasi atrium sebaiknya datang ke rumah sakit ?

Keputusan ini sebaiknya dibuat berdasarkan gambaran klinik dan karakter pasien. Secara umum, pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil dengan onset baru fibrilasi atrium, mereka yang dengan penyakit jantung yang mendasari (cth gagal jantung), berusia lebih dari 65 tahun, diduga menderita sindrom koroner akut, dan yang membutuhkan terapi masalah kesehatan lain sebaiknya dirawat. Pasien-pasien berusia muda dengan onset baru fibrilasi atrium paroksismal yang secara spontan berubah yang tidak memiliki kelainan struktur jantung atau gejala lain (cth dispnea, nyeri dada) dapat dipindahkan dari unit gawat darurat dengan pengawasan ketat.

Wednesday, August 12, 2009

Fibrilasi Atrium ,Diagnosis dan Penatalaksanaan (4)

Bagaimana peran ekokardiografi transesofagus (TEE) dan terapi antikoagulan sebelum kardioversi ?

Jika terapi penghambat beta dan penghambat pompa kalsium tidak memberikan respon pada seorang pasien stabil dengan onset baru fibrilasi atrium atau jika efek samping (cth hipotensi) timbul mengikuti terapi dengan agen ini, kardioversi dapat dipertimbangkan. ACC sangat merekomendasikan antikoagulan ( INR antara 2 dan 3) diberikan setidaknya 3 minggu sebelum dan 4 minggu setelah kardioversi pada pasien dengan fibrilasi atrium dengan durasi 48 jam atau lebih atau tidak diketahui, tanpa memperhatikan metodenya (DC vs farmakologis). Pada situasi ini, sebagai suatu alternatif antikoagulan sebelum kardioversi, ada alasan untuk melakukan TEE untuk melihat thrombus pada atrium kiri atau pada bagian dari atrium kiri.

Pada pasien yang tidak ditemukan thrombus, kardioversi segera dengan heparinisasi bersamaan dan selanjutnya antikoagulan selama 4 minggu menjadi pilihan. Namun, pasien yang dengan TEE ditemukan thrombus harus mendapatkan terapi antikoagulan setidaknya 3 minggu sebelum dan 4 minggu setelah kardioversi.


Saturday, August 8, 2009

Fibrilasi Atrium ,Diagnosis dan Penatalaksanaan (3)

Kardioversi

Indikasi : Pasien seperti apa yang mendapatkan kardioversi ?

Pasien dengan gambaran hemodinamik tidak stabil, dengan dispnea yang hebat dan nyeri dada disertai fibrilasi atrium, atau fibrilasi atrium preeksitasi sebaiknya mendapat kardioversi segera. Pada pasien stabil dengan onset baru fibrilasi atrium, strategi rate control sebaiknya menjadi pengawasan pertama ventricular rate. Jika terapi tidak memberikan respon atau jika EKG tidak menunjukkan abnormalitas pada katub atau fungsional jantung , kardioversi dapat diindikasikan.

Bagaimana kardioversi dilakukan dan tingkat keberhasilannya ?

DC kardioversi adalah memberikan arus listrik yang tersinkronisasi pada kompleks QRS ; dapat diberikan dengan bentuk gelombang monofasik atau bifasik. Energi yang dibutuhkan biasanya 100 – 200 J ( kadang-kadang membutuhkan energy yang lebih besar) untuk gelombang monofasik dan lebih sedikit pada ggelombang bifasik. Pasien sebaiknya ditenangkan. Pada pasien dengan fibrilasi atrium dengan durasi yang relative singkat dan atrium kiri yang sedikit membesar , tingkat keberhasilan kardioversi mencapai 75% (mis. Ukurran atrium kiri dan durasi fibrilasi atrium berbanding terbalik dengan tingkat keberhasilan kardioversi)

Apa komplikasi dari kardioversi ?


Emboli merupakan komplikasi terpenting dari kardioversi. Maka, thrombus di jantung sebaiknya dikesampingkan menggunakan transesophageal echocardiography (TEE), atau warfarin diberikan sebagai antikoagulan selama 4 minggu sebelum kardioversi dilakukan. Sebagai tambahan, pasien sebaiknya mendapatkan terapi antikoagulan sekurang-kurangnya 4 minggu mengikuti prosedur.

Komplikasi lain kardioversi berupa edema paru, hipotensi, disfungsi miokard, kulit terbakar, dan dapat dicegah dengan pemberian steroid krim atau teknik yang baik. Kardioversi juga dikaitkan dengan beberapa perubahan pada segmen ST dan gelombang T pada EKG dan dapat meningkatkan kadar biomarker serum jantung. Sinkronisasi mencegah aritmia ventrikel yang serius.

Sisi farmakologi kardioversi : Apa pilihan dan indikasinya ?

Kardioversi merupakan metode yang biasa dilakukan. Meskipun kardioversi farmakologis biasanya sebagai terapi lini pertama, hal ini utamanya digunakan bila Direct Current Cardioversion gagal atau pada beberapa kasus, sebagai strategi prekardioversi.

Terapi awal seperti amiodarone, flecainide, ibutilide, propafenone, atau sotalol telah menunjukkan peningkatan tingkat keberhasilan DC kardioversi dan direkomendasikan oleh the American College of Cardiology (ACC). Strategi ini juga merekomendasikan ketika DC kardioversi gagal dan lebih dulu mengulangi DC kardioversi. Amiodaronee intravena khas diberikan 150 mg bolus dalam 10 – 15 menit, diikuti dengan infuse 1 mg/ menit selama 6 jam dan kemudian 0,5 mg/menit.

Pasien dengan gambaran hemodinamik tidak stabil (seperti dengan hipotensi) tidak dapat mentoleransi obat antiaritmia dan efek samping dan kontraindikasi setiap obat antiaritmia sebaiknya dipertimbangkan sebelum pemberian.Krena efek samping proaritmia dari obat antiaritmia, pasien-pasien ini harus dimonitor setidaknya dalam 24 jam, membutuhkan perawatan inap rumah sakit pada kebanyakan kasus.

Siapa yang harus mengalami kardioversi mendesak ?

Kardioversi mendesak diindikasikan pada pasien tidak stabil disertai onset baru fibrilasi atrium. Dalam scenario ini, jika durasi fibrilasi atrium mencapai 48 jam atau tidak diketahui, heparin sebaiknya diberikan bersama-sama. Selama 4 minggu setelah prosedur, warfarin sebaiknya diresepkan sebagai antikoagulan, dan target international normalized ratio (INR) sebaiknya antara 2 dan 3. Data yang terbatas mendukung penggunaan heparin molekul kecil untuk tujuan ini.



Friday, August 7, 2009

Fibrilasi Atrium ,Diagnosis dan Penatalaksanaan (2)

Bagaimana peranan EKG untuk mendiagnosis Fibrilasi Atrium ?

Ketika dicurigai adanya fibrilasi atrium melalui auskultasi jantung dengan denyut irregular, pemeriksaan pada 12 sandapan EKG merupakan tahap selanjutnya. Karena fibrilasi atrium dikaitkan dengan aktivasi atrium yang ireguler dengan denyut 350- 600 bpm dengan konduksi ireguler yang melalui nodus atrioventrikuler (AV), yang muncul pada EKG sebagai kompleks takikardia irregular. Gelompbang F dapat dilihat sebagai ggelombang fibrilator atau menghilang. Kecuali bila jantung dalam pengaruh rangsang simpatis atau parasimpatis, ventricular rate biasanya antara 80 hingga 180 bpm.

Dengan abnormalitas pada system konduksi intraventrikuler , kompleks QRS melebar. Hal ini penting diperhatikan pada tanda-tanda EKG yang dikaitkan dengan penyakit jantung, seperti hipertrofi ventrikel kiri(LVH) dan preeksitasi.

Bagaimana mendiagnosis faktor predisposisi yang mendasari fibrilasi atrium ?

Berbagai jenis penyakit jantung, seperti penyakit jantung iskemik, penyakit katub, dan kardiomiopati dihubungkan dengan fibrilasi atrium. Oleh karena itu, setelah diagnosis fibrilasi atrium ditegakkan dengan EKG atau pemeriksaan jantung yang lain, evaluasi terhadap biomarker serum jantung dan B-type natriuretic peptide (BNP) biasanya menjadi syarat untuk menyelidiki penyakit jantung yang mendasari. Pemeriksaan jantung yang lebih invasive (cth kateterisasi) dapat dilakukan tergantung pada tanda dan gejala dan hasil dari pemeriksaan awal.
Sebagai tambahan, banyak penyakit nonkardiak, seperti penyakit jantung (contoh PPOK), emboli paru, hipertiroidism, dan banyak penyakit infeksi dan inflamasi, dikaitkan dengan fibrilasi atrium. Maka, pemeriksaan radiografi thoraks, evaluasi serum thyroid stimulating hormone (TSH) , nilai pemeriksaan darah lengkap, dan kimia serum sangat membantu, dan pemeriksaan lain sebaiknya dilakukan tergantung pada gambaran klinik pasien. Jika penyebab fibrilasi atrium (mis hipertiroid) ditemukan, sebaiknya diterapi dan pasien diperiksa lagi setelahnya.



Wednesday, August 5, 2009

Fibrilasi Atrium ,Diagnosis dan Penatalaksanaan

Autor : Ali A Sovari, MD, Clinical and Research Fellow in Cardiovascular Medicine, Section of Cardiology, University of Illinois at Chicago (UIC)
Coauthor(s): Abraham G Kocheril, MD, FACC, FACP, Professor of Medicine, Director of Clinical Electrophysiology, University of Illinois at Chicago
Diupdate: Jul 7, 2009

Diagnosis of Fibrilasi Atrium

Bagaimana pedoman klasifikasi fibrilasi atrium ?

Fibrilasi atrium (Atrial fibrillation) diklasifikasikan menjadi paroksismal, persisten dan permanen. Fibrilasi atrium dikelompokan sebagai paroksismal bila berhenti secara spontan kurang dari 7 hari ( biasanya <24 class="fullpost">
Gejala dan tanda : Bagaimana pasien fibrilasi atrium diduga tidak stabil ?
Fibrilasi atrium dapat memberikan gejala seperti palpitasi, pusing, cemas, lemah , dan sesak nafas ringan, namun, lebih dari 90% episode fibrilasi atrium tidak menimbulkan gejala. 2 Gejala dan tanda yang lebih serius seperti nyeri dada, sesak nafas yang hebat, dan ketidakstabilan hemodinamik, dapat dikaitkan dengan penyakit jantung seperti penyakit jantung iskemik atau gagal jantung. Kardioversi segera direkomendasikan pada pasien dengan yang tidak stabil dikaitkan dengan fibrilasi atrium. Penting untuk menentukan apakah ketidakstabilan hemodinamik dikaitkan dengan fibrilasi atrium atau kondisi -kondisi yang lain.
Sebagai contoh , pada pasien yang sesak dengan saturasi oksigen ringan atau diambang batas merupakan tambahan eksaserbasi pada penyakit paru obstruktif kronik (COPD) dan fibrilasi atrium dengan ventricular rate 110 kali permenit, penanganan eksaserbasi PPOK (dibandingkan dengan kardioversi untuk mengobati fibrilasi atrium) lebih menguntungkan. Denyut jantung 110 kali permenit tidak dapat menjelaskan dispnea dan saturasi oksigen yang rendah, dan gejala dan tanda pada pasien lebih baik dijelaskan oleh penyebab yang lain.