Bagaimana peranan EKG untuk mendiagnosis Fibrilasi Atrium ?
Ketika dicurigai adanya fibrilasi atrium melalui auskultasi jantung dengan denyut irregular, pemeriksaan pada 12 sandapan EKG merupakan tahap selanjutnya. Karena fibrilasi atrium dikaitkan dengan aktivasi atrium yang ireguler dengan denyut 350- 600 bpm dengan konduksi ireguler yang melalui nodus atrioventrikuler (AV), yang muncul pada EKG sebagai kompleks takikardia irregular. Gelompbang F dapat dilihat sebagai ggelombang fibrilator atau menghilang. Kecuali bila jantung dalam pengaruh rangsang simpatis atau parasimpatis, ventricular rate biasanya antara 80 hingga 180 bpm.
Dengan abnormalitas pada system konduksi intraventrikuler , kompleks QRS melebar. Hal ini penting diperhatikan pada tanda-tanda EKG yang dikaitkan dengan penyakit jantung, seperti hipertrofi ventrikel kiri(LVH) dan preeksitasi.
Bagaimana mendiagnosis faktor predisposisi yang mendasari fibrilasi atrium ?
Berbagai jenis penyakit jantung, seperti penyakit jantung iskemik, penyakit katub, dan kardiomiopati dihubungkan dengan fibrilasi atrium. Oleh karena itu, setelah diagnosis fibrilasi atrium ditegakkan dengan EKG atau pemeriksaan jantung yang lain, evaluasi terhadap biomarker serum jantung dan B-type natriuretic peptide (BNP) biasanya menjadi syarat untuk menyelidiki penyakit jantung yang mendasari. Pemeriksaan jantung yang lebih invasive (cth kateterisasi) dapat dilakukan tergantung pada tanda dan gejala dan hasil dari pemeriksaan awal.
Sebagai tambahan, banyak penyakit nonkardiak, seperti penyakit jantung (contoh PPOK), emboli paru, hipertiroidism, dan banyak penyakit infeksi dan inflamasi, dikaitkan dengan fibrilasi atrium. Maka, pemeriksaan radiografi thoraks, evaluasi serum thyroid stimulating hormone (TSH) , nilai pemeriksaan darah lengkap, dan kimia serum sangat membantu, dan pemeriksaan lain sebaiknya dilakukan tergantung pada gambaran klinik pasien. Jika penyebab fibrilasi atrium (mis hipertiroid) ditemukan, sebaiknya diterapi dan pasien diperiksa lagi setelahnya.
Ketika dicurigai adanya fibrilasi atrium melalui auskultasi jantung dengan denyut irregular, pemeriksaan pada 12 sandapan EKG merupakan tahap selanjutnya. Karena fibrilasi atrium dikaitkan dengan aktivasi atrium yang ireguler dengan denyut 350- 600 bpm dengan konduksi ireguler yang melalui nodus atrioventrikuler (AV), yang muncul pada EKG sebagai kompleks takikardia irregular. Gelompbang F dapat dilihat sebagai ggelombang fibrilator atau menghilang. Kecuali bila jantung dalam pengaruh rangsang simpatis atau parasimpatis, ventricular rate biasanya antara 80 hingga 180 bpm.
Dengan abnormalitas pada system konduksi intraventrikuler , kompleks QRS melebar. Hal ini penting diperhatikan pada tanda-tanda EKG yang dikaitkan dengan penyakit jantung, seperti hipertrofi ventrikel kiri(LVH) dan preeksitasi.
Bagaimana mendiagnosis faktor predisposisi yang mendasari fibrilasi atrium ?
Berbagai jenis penyakit jantung, seperti penyakit jantung iskemik, penyakit katub, dan kardiomiopati dihubungkan dengan fibrilasi atrium. Oleh karena itu, setelah diagnosis fibrilasi atrium ditegakkan dengan EKG atau pemeriksaan jantung yang lain, evaluasi terhadap biomarker serum jantung dan B-type natriuretic peptide (BNP) biasanya menjadi syarat untuk menyelidiki penyakit jantung yang mendasari. Pemeriksaan jantung yang lebih invasive (cth kateterisasi) dapat dilakukan tergantung pada tanda dan gejala dan hasil dari pemeriksaan awal.
Sebagai tambahan, banyak penyakit nonkardiak, seperti penyakit jantung (contoh PPOK), emboli paru, hipertiroidism, dan banyak penyakit infeksi dan inflamasi, dikaitkan dengan fibrilasi atrium. Maka, pemeriksaan radiografi thoraks, evaluasi serum thyroid stimulating hormone (TSH) , nilai pemeriksaan darah lengkap, dan kimia serum sangat membantu, dan pemeriksaan lain sebaiknya dilakukan tergantung pada gambaran klinik pasien. Jika penyebab fibrilasi atrium (mis hipertiroid) ditemukan, sebaiknya diterapi dan pasien diperiksa lagi setelahnya.
No comments:
Post a Comment