Download file lengkap di halaman ini
DEFINISI
Stress secara harfiah berarti suatu tekanan atau wilayah ketegangan, baik pada aspek jasmani maupun rohani. Stress terjadi ketika pertemuan tuntutan-tuntutan (baik dari dalam maupun berasal dari luar diri) dengan sumber beban yang dirasakan seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian stress: (1) Gangguan atau kekacauan mental dan emosional (2) -Tekanan. Secara teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai Suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. ~ Stress is an adaptive response to a situation that is perceived as challenging or threatening to the person’s well-being . Jadi, stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap ‘stressor ‘ ~ hal yang dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa stress bersifat subjektif sesuai persepsi orang yang memandangnya.
PENYEBAB STRESS
Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
1. Lingkungan ~ lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara lain :
a. Cuaca, kebisingan, kepadatan,
b. Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga diri
c. Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan perubahan keluarga
2. Fisiologik ~ dari tubuh kita
a. Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, meno/andropause, prosesmenua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap tubuh
b. Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3. Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan. Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax atau stress.
Menurut Sulistiwati (2005) menjelaskan berdasarkan faktor predisposisi dimana berbagai jenis unsur mempengaruhi bagaimana seorang individu merasakan dan merespon suatu peristiwa yang menimbulkan stress. Jenis faktor predisposisi adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini.
Menurut Selye (1984) , stress bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah peristiwa negative, disebut ’distress’; tetapi bisa juga stress diakibatkan peristiwa positif, misalnya tiba-tiba mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini stressnya disebut ‘Eustress’.
PATOMEKANISME STRESS
Ketika terjadi stress, badan akan mengeluarkan hormon ‘adrenaline’ ke dalam saluran darah kita. Hormon ini bersama-sama dengan beberapa hormon yang lain akan menyebabkan beberapa perubahan di dalam tubuh kita sebagai persiapan untuk melindungi kita. Di antara perubahan-perubahan itu ialah denyut jantung bertambah, laju dan tekanan darah akan meningkat (untuk meningkatkan aliran darah ke otak, otot dan jantung); gula, lemak dan kolesterol di dalam darah akan bertambah (untuk memberi lebihan tenaga kepada badan); pernafasan seseorang akan lebih cepat (untuk menyalurkan lebihan oksigen yang diperlukan) dan begitulah seterusnya. Perubahan-perubahan ini berlaku menurut keperluan tubuh kita ketika itu. Walau bagaimanapun, jika stress atau tekanan berpanjangan di dalam hidup kita dan kita pula tidak bijak untuk mengurusnya, ia akan bertukar menjadi ‘distress’ yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit tertentu menimpa kita.
Secara fisiologis ada 3 tahap penyesuaian dilakukan tubuh yang sering disebut GAS ( General Adaptation Syndrome), yaitu :
• Tahap pertama, tahap siaga ( alarm stage ) terjadi saat mulai terasa sengatan cekaman, biasanya muncul reaksi darurat, ’fight or flight’.;
• Tahap kedua, tahap perlawanan ( resistance stage) , pada tahap ini tidak seheboh tahap pertama, tetapi reaksi hormonal tubuh masih tinggi, secara nyata orang ini melakukan upaya penanganan , bisa ’coping’ bisa juga ’fighting’ . Apabila stressor bisa ditiadakan, maka tubuh akan kembali ke keadaan normal.
• Tahap ketiga, tahap kepayahan – Exhausted stage, Individu tidak lagi memberikan respos stress karena kepayahan, kehabisan energi. Kondisi ini agak berbahaya karena tubuh yang mengalamai banyak goncangan keseimbangan menjadi terbiasa ’sesuai’ dengan kondisi tersebut, berakibat gangguan penyakit yang lebih parah, seperti gangguan lambung, hypertensi, kardiovasculer,dst..
GEJALA DAN TANDA STRESS
Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68), gejala stres dapat bcrupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur lidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
PENANGANAN STRESS
Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis.
Lapis pertama ~ primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya : skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst.
Lapis kedua ~ Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.
Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional.
Sebagai contoh kita bisa menangani stress kehidupan kampus dengan memakai STRESS lagi, namun tentu saja dalam akronim yang berbeda.
i. S , Study skills .
Ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, ada banyak kegiatan yang ingin diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stress, seyogyanya mahasiswa perlu memiliki berbagai skill belajar yang sesuai sehingga saya bisa belajar secara efektif tetapi juga effisien dalam menggunakan daya dan waktu serta sumber lainnya.
ii. T, Tempo – Time management
Selain skill belajar, skill penting yang juga perlu Anda kuasai untuk menangani stress adalah manajemen waktu, untuk keperluan tersebut mahasiswa perlu memiliki paradigma waktu yang tepat.
iii. R, Rehat ~ Rest ~ istirahat
Tubuh kita ‘by default’ memerlukan jedah, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana ‘speeding up’, tetapi juga arif dan terampil untuk ‘slowing down’. Bila kita tidak memiliki keterampilan istirahat, leisure, santai ( bukan leha-leha) maka besar kemungkinan kita mengalami stress.
iv. E, Eating & Exercise – Makan dan Olah raga Kebugaran
Tubuh kita membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga ‘exercise’ yang memadai,agar bisa bugar, [ Bandingkan apabila kita mempergunakan suatu peralatan baru biasanya kita terlebih dalulu membaca buku manual yang disertakan oleh pabrik pencipta peralatan tersebut, Oleh karena itu sebetulnya perlu kita cermati asupan apa yang baik untuk tubuh ini, menurut manual dari Penciptanya.],
v. S, Self-talk ~ percakapan kalbu
Sejak kecil kita punya ‘perlengkapan’ berpkir yaitu percakapan kalbu, dimana kita biasa mendengar apa yang kaya hati atau hati nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu bisa positif, membuat kita optimist, tetapi seringkali juga negative, membuat kita tertekan-stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan dari kita kepada hati nurani ataupun kata hati kita, sehingga terjadi percakapan timbal-balik antara kita dengan diri kita. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar meng-ganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung kita. Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu: ‘stop~ganti’ yang bisa kita latihkan di diri kita.
vi. S, Social support ~ jaringan pendukung,
Manusia adalah makhluk social, jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian, butuh perasaan tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan stress sebaiknya kita berusaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap punya penghayatan tidak sendirian yang sungguh mencekam. Itulah sebabnya dianjurkan kepada mahasiswa untuk membangun dan merawat jaringan supporifnya sehingga bisa saling mendukung di saat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarya A. Manajemen Stress. TOT Basic Study Skill tahun 2008. Available from :http://www.unhas.ac.id/maba/bss2009/manajemen%20diri/Modul%20MD08-Manajemen%20Stress.pdf. diakses tanggal 16 September 2010
Riza M. Hubungan Pengetahuan ,Sikap dan Tindakan Keluarga dengan Gangguan Stress pada Pasien Gangguan Jiwa di Poli RS dr. Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008. Available from : http://www.balitbangdasumsel.net/data/download/20100414130151.pdf . diakses tanggal 16 September 2010
Sari N. Stress Kerja. Available from : http://www.damandiri.or.id/file/novitasariadbab2.pdf . diakses tanggal 16 September 2010
Surbakti EP. Stress dan Koping Lansia pada Masa Pensiun di Kelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar tahun 2008. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14286/1/09E01612.pdf . diakses tanggal 16 September 2010
Danial. Apa itu Stress ? Available from : http://drdanial.faithweb.com/kaunseling.htm . diakses tanggal 16 September 2010
Download file lengkap di halaman ini
DEFINISI
Stress secara harfiah berarti suatu tekanan atau wilayah ketegangan, baik pada aspek jasmani maupun rohani. Stress terjadi ketika pertemuan tuntutan-tuntutan (baik dari dalam maupun berasal dari luar diri) dengan sumber beban yang dirasakan seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian stress: (1) Gangguan atau kekacauan mental dan emosional (2) -Tekanan. Secara teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai Suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. ~ Stress is an adaptive response to a situation that is perceived as challenging or threatening to the person’s well-being . Jadi, stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap ‘stressor ‘ ~ hal yang dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa stress bersifat subjektif sesuai persepsi orang yang memandangnya.
PENYEBAB STRESS
Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
1. Lingkungan ~ lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara lain :
a. Cuaca, kebisingan, kepadatan,
b. Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga diri
c. Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan perubahan keluarga
2. Fisiologik ~ dari tubuh kita
a. Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, meno/andropause, prosesmenua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap tubuh
b. Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3. Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan. Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax atau stress.
Menurut Sulistiwati (2005) menjelaskan berdasarkan faktor predisposisi dimana berbagai jenis unsur mempengaruhi bagaimana seorang individu merasakan dan merespon suatu peristiwa yang menimbulkan stress. Jenis faktor predisposisi adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini.
Menurut Selye (1984) , stress bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah peristiwa negative, disebut ’distress’; tetapi bisa juga stress diakibatkan peristiwa positif, misalnya tiba-tiba mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini stressnya disebut ‘Eustress’.
PATOMEKANISME STRESS
Ketika terjadi stress, badan akan mengeluarkan hormon ‘adrenaline’ ke dalam saluran darah kita. Hormon ini bersama-sama dengan beberapa hormon yang lain akan menyebabkan beberapa perubahan di dalam tubuh kita sebagai persiapan untuk melindungi kita. Di antara perubahan-perubahan itu ialah denyut jantung bertambah, laju dan tekanan darah akan meningkat (untuk meningkatkan aliran darah ke otak, otot dan jantung); gula, lemak dan kolesterol di dalam darah akan bertambah (untuk memberi lebihan tenaga kepada badan); pernafasan seseorang akan lebih cepat (untuk menyalurkan lebihan oksigen yang diperlukan) dan begitulah seterusnya. Perubahan-perubahan ini berlaku menurut keperluan tubuh kita ketika itu. Walau bagaimanapun, jika stress atau tekanan berpanjangan di dalam hidup kita dan kita pula tidak bijak untuk mengurusnya, ia akan bertukar menjadi ‘distress’ yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit tertentu menimpa kita.
Secara fisiologis ada 3 tahap penyesuaian dilakukan tubuh yang sering disebut GAS ( General Adaptation Syndrome), yaitu :
• Tahap pertama, tahap siaga ( alarm stage ) terjadi saat mulai terasa sengatan cekaman, biasanya muncul reaksi darurat, ’fight or flight’.;
• Tahap kedua, tahap perlawanan ( resistance stage) , pada tahap ini tidak seheboh tahap pertama, tetapi reaksi hormonal tubuh masih tinggi, secara nyata orang ini melakukan upaya penanganan , bisa ’coping’ bisa juga ’fighting’ . Apabila stressor bisa ditiadakan, maka tubuh akan kembali ke keadaan normal.
• Tahap ketiga, tahap kepayahan – Exhausted stage, Individu tidak lagi memberikan respos stress karena kepayahan, kehabisan energi. Kondisi ini agak berbahaya karena tubuh yang mengalamai banyak goncangan keseimbangan menjadi terbiasa ’sesuai’ dengan kondisi tersebut, berakibat gangguan penyakit yang lebih parah, seperti gangguan lambung, hypertensi, kardiovasculer,dst..
GEJALA DAN TANDA STRESS
Menurut Braham (dalam Handoyo; 2001:68), gejala stres dapat bcrupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur lidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kuiit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup din secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
PENANGANAN STRESS
Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis.
Lapis pertama ~ primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya : skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst.
Lapis kedua ~ Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.
Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional.
Sebagai contoh kita bisa menangani stress kehidupan kampus dengan memakai STRESS lagi, namun tentu saja dalam akronim yang berbeda.
i. S , Study skills .
Ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, ada banyak kegiatan yang ingin diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stress, seyogyanya mahasiswa perlu memiliki berbagai skill belajar yang sesuai sehingga saya bisa belajar secara efektif tetapi juga effisien dalam menggunakan daya dan waktu serta sumber lainnya.
ii. T, Tempo – Time management
Selain skill belajar, skill penting yang juga perlu Anda kuasai untuk menangani stress adalah manajemen waktu, untuk keperluan tersebut mahasiswa perlu memiliki paradigma waktu yang tepat.
iii. R, Rehat ~ Rest ~ istirahat
Tubuh kita ‘by default’ memerlukan jedah, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana ‘speeding up’, tetapi juga arif dan terampil untuk ‘slowing down’. Bila kita tidak memiliki keterampilan istirahat, leisure, santai ( bukan leha-leha) maka besar kemungkinan kita mengalami stress.
iv. E, Eating & Exercise – Makan dan Olah raga Kebugaran
Tubuh kita membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga ‘exercise’ yang memadai,agar bisa bugar, [ Bandingkan apabila kita mempergunakan suatu peralatan baru biasanya kita terlebih dalulu membaca buku manual yang disertakan oleh pabrik pencipta peralatan tersebut, Oleh karena itu sebetulnya perlu kita cermati asupan apa yang baik untuk tubuh ini, menurut manual dari Penciptanya.],
v. S, Self-talk ~ percakapan kalbu
Sejak kecil kita punya ‘perlengkapan’ berpkir yaitu percakapan kalbu, dimana kita biasa mendengar apa yang kaya hati atau hati nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu bisa positif, membuat kita optimist, tetapi seringkali juga negative, membuat kita tertekan-stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan dari kita kepada hati nurani ataupun kata hati kita, sehingga terjadi percakapan timbal-balik antara kita dengan diri kita. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar meng-ganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung kita. Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu: ‘stop~ganti’ yang bisa kita latihkan di diri kita.
vi. S, Social support ~ jaringan pendukung,
Manusia adalah makhluk social, jadi pada hakikatnya tidak tahan sendirian, butuh perasaan tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan stress sebaiknya kita berusaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap punya penghayatan tidak sendirian yang sungguh mencekam. Itulah sebabnya dianjurkan kepada mahasiswa untuk membangun dan merawat jaringan supporifnya sehingga bisa saling mendukung di saat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarya A. Manajemen Stress. TOT Basic Study Skill tahun 2008. Available from :http://www.unhas.ac.id/maba/bss2009/manajemen%20diri/Modul%20MD08-Manajemen%20Stress.pdf. diakses tanggal 16 September 2010
Riza M. Hubungan Pengetahuan ,Sikap dan Tindakan Keluarga dengan Gangguan Stress pada Pasien Gangguan Jiwa di Poli RS dr. Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008. Available from : http://www.balitbangdasumsel.net/data/download/20100414130151.pdf . diakses tanggal 16 September 2010
Sari N. Stress Kerja. Available from : http://www.damandiri.or.id/file/novitasariadbab2.pdf . diakses tanggal 16 September 2010
Surbakti EP. Stress dan Koping Lansia pada Masa Pensiun di Kelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar tahun 2008. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14286/1/09E01612.pdf . diakses tanggal 16 September 2010
Danial. Apa itu Stress ? Available from : http://drdanial.faithweb.com/kaunseling.htm . diakses tanggal 16 September 2010
Download file lengkap di halaman ini
No comments:
Post a Comment