2010 AHA Guidelines: The ABC of CPR Diatur ulang menjadi"CAB"
News Author: Emma Hitt, PhDCME Author: Laurie Barclay, MD
diterjemahkan bebas oleh Attonk dari http://cme.medscape.com/news
20 Oktober 2010 – kompresi dinding dada sebaiknya menjadi langkah pertama pada cardiac arrest. Oleh karena itu, the American Heart Association (AHA) sekarang merekomendasikan bahwa ABC (Airway – Breating – Compressions) pada resusitasi kardiopulmonal diubah menjadi C-A-B (Compressions – Airway – Breathing)
Perubahan ini didokumentasikan dalam 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care yang dipublikasi pada tanggal 2 November, terbitan tambahan pada Circulation: Journal of the American Heart Association menggambarkan pembaruan pedoman sebelumnya tahun 2005.
“The 2010 AHA Guidelines for CPR and ECC [Emergency Cardiovascular Care] didasarkan pada tinjauan komprehensif dan terbaru dari literature resusitasi yang telah dipublikasi,” tulis pengarang dalam executive summary. Penelitian terbaru meliputi informasi dari 356 ahli resusitasi dari 29 negara yang penelitian dan hipotesis dibahas, dianalisis, dievaluasi, didebat, dan didiskusikan melalui pertemuan, telekonferensi, dan sesi online (‘webinars’) selama periode 36 bulan sebelum 2010 Consensus Conference.”
Berdasarkan AHA, kompresi dinding dada sebaiknya segera dimulai pada seseorang yang tanpa respon dan tidak bernafas normal. Oksigen akan masuk ke paru=apru dan aliran darah dalam beberapa menit pertama, sehingga inisiasi kompresi dinding dada akan memfasilitasi distribusi oksigen ke otak dan jantung dengan lebih cepat. Sebelumnya , dimulai dengan “A” (airway), dibandingkan “C” (compressions) karena penundaan bermakna kira-kira 30 detik .
“Selama lebih dari 40tahun, pelatihan CPR telah menekankan pada ABC dari RKP, yang meminta orang untuk membuka jalan nafas korban dengan mencondongkan belakang kepala mereka (head tilt) , menjepit hidung dan menghembuskan nafas pada mulut korban, dan hanya kemudian memberikan kompresi dinding dada,” tulis Michael R. Sahre,MD, koautor dan kepala AHA's Emergency Cardiovascular Care Committee, di tulisan AHA yang dirilis. “ Pendekatan ini menyebabkan penundaan bermakna dari kompresi dinding dada, yang secara esensial untuk menjadi sirkulasi yang kaya oksigen dalaam tubuh,”imbuhnya.
Pedoman baru ini juga merekomendasikan bahwa selama RKP, penolong meningkatkan kecepatan kompresi dinding dada setidaknya 100 kali permenit. Tambahannya, harus dibuat kompresi sebaiknya dibuat lebih dalam pada dinding dada, pada kedalaman setidaknya 2 inci pada dewasa dan 1,5 inci pada bayi.
Orang yang melakukan RKP sebaiknya menghindari bersandar pada dada sehingga dapat kembali pada posisi semula, dan kompresi sebaiknya dilanjutkan selama mungkin tanpa penggunaan ventilasi berlebihan.
Pusat 9-1-1 sekarang telah diarahkan untuk memberikan instruksi dengan agresif sehingga kompresi dinding dada dapat dimulai ketika cardiac arrest dicurigai.
Pedoman baru ini juga merekomendasikan dengan lebih kuat bahwa pengirim menginstruksikan penolong tidak terlatih untuk menyediakan Hands only CPR (hanya kompresi dinding dada) pada dewasa yang tidak berespon, yang tanpa nafas atau tidak bernafas normal.
Rekomendasi lain
Rekomendasi lain untuk petugas kesehatan melakukan RKP sebagai berikut :
- Teknik teamwork yang efektif sebaiknya dipelajari dan dipraktekkan secara teratur.
- Quantitative wafeform capnography digunakan untuk mengukur keluaran karbondioksida, sebaiknya digunakan untuk mengkonfirmasi intubasi dan memonitor kualitas RKP.
- Hipotermia terapetik sebaiknya menjadi bagian dari system interdisiplin keseluruhan perawatan setelah resusitasi cardiac arrest.
- Atropin tidak lagi direkomendasikan untuk penggunaan rutin dalam mengelola dan menangani pulseless electrical activity atau asystole.
Penulis pedoman ini tidak memiliki hubungan financial yang relevan.
Circulation. 2010;122[suppl 3]:S640-S656.
Sumber tambahan
2010 AHA guidelines for CPR and emergency cardiovascular care dapat ditemukan dalam situs AHA.
Konteks klinik
Ketika AHA menetapkan pedoman resusitasi pertama pada tahun 1966, RKP original “A-B-C” yaitu membuka jalan nafas korban (Airway) dengan memiringkan belakang kepala ; menekan hidung dan memberikan nafas melalui mulut korban (Breathing) dan kemudian memberikan kompresi dinding dada (Compression). Namun, sekuensinya berdampak pada penundaan bermakna (kira-kira 30 detik) untuk memberikan kompresi dinding dada yang dibutuhkan untuk mempertahankan sirkulasi darah kaya oksigen.
Dalam 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care, AHA kemudian mengatur ulang langkah-langkah RKP dari “A-B-C” menjadi “C-A-B” pada dewasa dan anak, memungkinkan setiap penolong memulai kompresi dinding dada dengan segera. Sejak tahun 2008, AHA telah merekomendasikan penolong bantu tidak terlatih melakukan Hands Only CPR atau RKP tanpa memberikan nafas bantu, pada orang dewasa yang tiba-tiba kolaps. Pedoman baru ini juga berisi rekomendasi lain, didasarkan pada bukti yang dipublikasi sejak pedoman AHA sebelumnya diterbitkan tahun 2005.
Highlight
• AHA telah mengatur ulang RKP A-B-C(Airway-Breathing-Compressions) menjadi C-A-B (Compressions-Airway-Breathing).
• Kompresi dinding dada kemudian menjadi langkah pertama oleh penolong professional untuk menyelamatkan seorang individu dengan cardiac arrest tiba-tiba.
• Perubahan pada RKP ini diaplikasikan pada orang dewasa, anak dan bayi tapi tidak pada bayi baru lahir.
• “Look, Listen and Feel" telah dihilangkan dari algoritme bantuan hidup dasar.
• Perubahan lain dalam rekomendasi RKP untuk bantuan hidup dasar meliputi :
o Jumlah kompresi dinding dada setidaknya 100 kali permenit
o Penolong harus mendorong lebih dalam pada dada, menghasilkan kompresi setidaknya 2 inci pada orang dewasa dan anak serta 1,5 inci pada bayi.
o Antara tiap kompresi , penolong harus menghindari bersandar pada dinding dada sehingga dapat kembali pada posisi semula.
o Penolong sebaiknya menghindari penghentian kompresi dinding dada dan pemberian ventilasi berlebihan
o Semua pusat 9-1-1 sebaiknya memberikan instruksi via telepon dengan tegas untuk memulai kompresi dinding dada (Hands Only CPR) ketika cardiac arrest dicurigai pada orang dewasa yang tidak berespon, tanpa nafas atau tidak bernafas normal
- Pengirim sebaiknya memberikan instruksi RKP konvensional pada individu yang dicurigai tenggalam atau telah mengalami asphyxia arrest lain.
- Untuk defibrilasi yang diupayakan dengan suatu defibrillator automatis eksternal pada anak berusia 1 sampai delapan tahun , penolong harus menggunakan pediatric dose-attenuator system jika tersedia, atau defibrilasi ekternal otomatis bila tidak.
- Defibrilator manual diutamakan untuk anak kurang dari 1 tahun.
- Pedoman rekomendasi untuk petugas kesehatan professional meliputi :
- Quantitative wafeform capnography digunakan untuk mengukur keluaran karbondioksida, sebaiknya digunakan untuk mengkonfirmasi intubasi dan memonitor kualitas RKP.
- Hipotermia terapetik sebaiknya menjadi bagian dari system interdisiplin keseluruhan perawatan setelah resusitasi cardiac arrest.
- Atropin tidak lagi direkomendasikan untuk penggunaan rutin dalam mengelola dan menangani pulseless electrical activity atau asystole.
- Pedoman baru ini tidak merekomendasikan penggunaan rutin tekanan krikoid pad cardiac arrest.
- Untuk diagnosis dan penatalaksanaan awal pada takikardia stable, undifferentiated regular, monomorphic wide-complex tachycardia, adenosine direkomendasikan.
- Pedoman bantuan hidup lanjut pediatric menawarkan suatu strategi baru untuk resusitasi pada bayi dan anak dengan penyakit jantung congenital tertentu dan hipertensi pulmonal
- Pedoman bantuan hidup lanjut pediatric menekankan pemberian RKP terus menerus selama 2 menit.
- Dalam pedoman terbarunya, AHA telah mengatur ulang RKP dari A-B-C menjadi C-A-B. Perubahan ini diaplikasikan pada dewasa, anak, dan bayi tetapi tidak pada bayi baru lahir.
- Rekomendasi pedoman inti untuk petugas kesehatan professional meliputi konsentrasi pada teknik timwork yang efektif, penggunaan quantitative waveform capnography, dan penyertaan hipotermia terapetik pada keseluruhan system interdisiplin penanganan. Atropin tidak lagi direkomendasikan pada penggunaan rutin pengelolaan pulseless electrical activity (asystole).
Download file lengkap di halaman ini
No comments:
Post a Comment