Download langsung di sini
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 56 tahun
JK : Laki-laki
Alamat : cxxxxx
MRS : xxxx
RM : aasdsfd
Status : aaaa
ANAMNESIS
KU : Sulit buang air kecil
AT : Dialami sejak ±2 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Jika buang air kecil pasien harus mengedan dulu dan kadang terasa nyeri, pancaran kencing lemah dan terputus - putus. Setelah buang air kecil pasien merasa tidak puas dan terasa ingin buang air kecil lagi. Buang air kecil malam lebih dari 5 kali. Tidak ada riwayat kencing keluar batu , tidak ada riwayat kencing disertai darah dan nanah. Keluhan ini dirasakan semakin berat sejak 10 bulan yang lalu. Riwayat dipasangi kateter karena tidak bisa kencing sebanyak 2 kali di RSUD Kendari, pada bulan Februari tahun 2010 selama 2 minggu dan kateter dilepas, kencing dapat keluar tetapi sedikit – sedikit dan menetes. Kemudian pada bulan Agustus tahun 2010 dipasang kateter lagi selama 1 minggu. Setelah kateter dilepas pasien bisa kencing kembali, tetapi sedikit-sedikit dan menetes.
Riwayat penurunan berat badan dirasakan sejak ±10 bulan yang lalu sebanyak 5 kg. Tidak ada riwayat sering demam. Tidak ada riwayat sering nyeri tulang. BAB dalam batas normal.
Tidak ada riwayat trauma. Tidak ada riwayat menderita penyakit DM dan hipertensi. Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama. Tidak ada riwayat merokok dan konsumsi alkohol. Riwayat makanan sehari-hari berupa nasi, ikan, sayur terkadang mengkonsumsi daging dan hati sapi. Ada riwayat minum obat tradisional (rebusan daun – daunan)
PEMERIKSAAN FISIS
STATUS GENERALIS
Sakit sedang/gizi cukup/sadar
BB : 52 kg
TB : 165 cm
IMT : 19,11
STATUS VITALIS
TD: 120/80mmHg
N : 84x/i
P : 20x/i
S : afebris
Regio Genital
Penis
Inspeksi : tampak sudah disirkum, OUE terletak ditengah, udem dan hematom tidak ada
Palpasi : nyeri tekan dan massa tumor tidak ada
Skrotum
Inspeksi : Warna lebih gelap dari sekitarnya, tampak menggantung 2 buah testis pada
kantong skrotum
Palpasi : nyeri tekan dan massa tumor tidak ada, teraba 2 buah testis dengan ukuran dan
konsistensi yang sama
Perineum
Inspeksi : tampak warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, udem dan hematom tidak ada
Palpasi : nyeri tekan dan massa tumor tidak ada
RECTAL TOUCHER :
Spinchter ani mencekik, ampulla kosong, mukosa licin, teraba prostat dengan ukuran > 4 cm, permukaan berbenjol-benjol, simetris, konsistensi padat keras, pool atas tidak teraba walaupun dengan bimanual, tidak ada nyeri tekan. Handschoen: feses tidak ada, darah dan lendir tidak ada.
RESUME
Seorang laki-laki, 56 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama sulit buang air kecil dialami sejak ±2 tahun yang lalu, jika buang air kecil pasien harus mengedan dulu dan kadang terasa nyeri, pancaran kencing lemah dan terputus – putus, setelah buang air kecil pasien merasa tidak puas dan terasa ingin buang air kecil lagi, buang air kecil malam hari lebih dari 5 kali. Tidak ada riwayat kencing keluar batu, tidak ada riwayat kencing disertai darah dan nanah. Keluhan ini dirasakan semakin berat sejak 10 bulan terakhir. Riwayat dipasangi kateter karena tidak bisa kencing sebanyak 2 kali. Riwayat penurunan berat badan dirasakan sejak ±10 bulan yang lalu sebanyak 5 kg.
Pada pemeriksaan fisis rectal toucher teraba prostat dengan ukuran > 4 cm, permukaan berbenjol-benjol, simetris, konsistensi padat keras, pool atas tidak teraba walaupun dengan bimanual, tidak ada nyeri tekan.
Skor IPSS (International Prostate Symptoms Score) S:30 dan L:5
DISKUSI
Dari anamnesis pasien ini didapatkan keluhan utama sulit buang air kecil. Keadaan seperti ini dapat terjadi karena terdapat obstruksi pada saluran kencing bagian bawah, yang dapat disebabkan oleh batu buli – buli atau uretra, serta pembesaran prostat. Dari anamnese lebih lanjut, didapatkan keluhan lain, seperti harus mengedan saat ingin berkemih (Hesitancy), pancaran urin lemah, aliran kencing terputus-putus (Intermittency), rasa tidak puas setelah berkemih, dan menetes setelah berkemih (Terminal dribbling), susah menahan kencing (urgency), sering-sering berkemih (frequency), dan sering terbangun tengah malam untuk BAK (nocturia). Kumpulan gejala tersebut disebabkan adanya obstruksi dan iritasi pada saluran kencing bagian bawah yang disebut Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS),
Kemungkinan penyebab batu vesika urinaria dan batu uretra dapat disingkirkan dari anamnesis karena tidak didapatkan buang air kecil yang tiba – tiba berhenti yang disertai nyeri kolik dan mengalir kembali pada perubahan posisi, serta tidak ada riwayat kencing keluar batu.
Dari keluhan – keluhan diatas , yang paling memungkinkan untuk menyebabkan terjadinya obstruksi adalah suatu pembesaran kelenjar prostat. Pembesaran kelenjar prostat dapat bersifat jinak atau ganas.
Dari pemeriksaan fisis, pada rectal touchér didapatkan sphincter mencekik, ampula kosong, mukosa licin, teraba pembesaran prosat ke arah rectum ukuran lebih dari 4 cm, permukaan berbenjol-benjol, konsistensi padat keras, pole atas sulit diraba. Dari pemeriksaan bimanual tidak teraba massa dalam vesica urinaria. Hal ini lebih meyakinkan kita bahwa pasien ini menderita hipertropi prostat suspek malignansi.
Dari uraian diskusi ini (data-data yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisis) kita dapat membuat kemungkinan diagnosis yang paling mendekati adalah: hipertropi prostat suspek malignansi. Untuk memastikan diagnosis, kita dapat melakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan – pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis pada pasien ini adalah:
a. PSA (Prostat Spesific Antigen)
PSA disekresi dari sitoplasma sel prostat. Nilai normal <4>10 ng/ml dapat dicurigai keganasan. Nilai PSA antara 4-10 ng/ml dapat menandakan pembesaran yang jinak. PSA efektif sebagai penanda imunohistologis Ca prostat, dapat digunakan untuk membedakan asal Ca metastase atau menegakkan Ca prostat yang metastasis ke bladder neck atau trigonum vesicae.
b. TRUS (Trans Rectal Ultrasonography)
Membantu menegakkan diagnosis dan penentuan staging local, serta volume prostat. USG Trans rectal dapat menentukan perluasan lokal Ca prostat, pada stadium dini (A/B). Normalnya prostat terlihat sebagai echo diffuse. Pada Ca prostat sering terlihat sebagai ireguler dense echo dengan deformitas kapsul prostat. Gambaran anecho/ hipoecho pada zona perifer sering menunjukkan Ca prostat.
c. Biopsi
Biopsi dikerjakan bila:
1. Nilai PSA > 10 ng/ml
2. Nilai PSAD > 0,15, bila nilai PSA 4-10 ng/ml
Biopsi merupakan gold standar untuk diagnosis pasti dan grading patologi suatu proses keganasan.
d. CT-Scan dan MRI
CT-Scan dilakukan bila curiga adanya metastasis pada limfonodi. Yaitu pasien dengan skor Gleason >7 atau kadar PSA tinggi. Karena prostat berada didalam pelvis maka CT-Scan hanya menggambarkan anatomi saja. MRI lebih akurat dibandingkan CT-Scan dalam mengidentifikasi kapsul prostat dan vesikula seminalis, namun akurasinya belum dapat dipastikan.
e. Bone Scanning
Pemeriksaan diindikasikan jika PSA serum > 20 ng/ml. bone scanning sangat sensitive untuk mendeteksi metastasis sel tumor ke tulang (vertebra, pangkal femur, dan humerus, pelvis, costae). Agen yang dipakai ialah Te-99 sebesar 1,4 rad (lebih rendah dibanding Xray thoraks). Pada metastase Ca prostat sering terlihat sebagai gambaran asimetris tetapi kadang simetris pada tulang axial.
f. USG Abdomen
USG abdomen dapat membantu melihat pembesaran kelenjar prostat trans abdominal, selain juga dapat membantu untuk melihat saluran kencing yang lain seperti ginjal, buli – buli, ada atau tidak hidronefrosis, batu, atau gambaran cystitis.
g. Uroflowmetri
Uroflowmetri merupakan rekaman elektronik laju aliran urin saat miksi. Tes ini merupakan prosedur noninvasive yang digunakan dalam evaluasi diagnostik pada pasien dengan gejala obstruksi. Hasil dari uroflowmetri tidak spesifik untuk menentukan penyebab gejala. Laju aliran maksimal (PFR; Qmax) spesifik untuk mengidentifikasi pasien dengan hipertrofi prostat.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang kita lakukan dalam rangka persiapan tindakan atau pengobatan / toleransi operasi antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium berupa tes darah rutin termasuk faktor pembekuan/perdarahan (CT, BT, PT, APTT), kimia darah, elektrolit serta protein/ albumin.
2. Pemeriksaan foto thoraks untuk menilai paru dan jantung secara umum.
3. Pada penderita ini dengan usia lanjut (56 thn) sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan EKG, test faal paru, atau echocardiography.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Berdasarkan diskusi diatas, maka diagnosa yang paling mendekati pada pasien ini adalah Hipertrofi prostat suspek malignancy.
PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa
a. USG
b. PSA
c. TRUS
d. Uroflowmetri
e. Urinalisis + kultur/sensitifitas bila terdapat bakteri
2. Pemeriksaan untuk toleransi operasi
a. Darah rutin + faktor pembekuan (CT/BT/PT/APTT)
b. Kimia darah
c. Elektrolit
d. Protein total/albumin
e. Foto thorax
PENANGANAN
Penanganan pasien ini tergantung diagnosis pasti dari pemeriksaan penunjang, bila terbukti sesuai diagnosis klinis yang ditemukan maka tindakan paling tepat adalah biopsi prostat dan staging, bila hasilnya:
1. stadium T1 dengan umur harapan hidup kurang dari 10 tahun adalah observasi
2. Prostatektomi radikal pada tumor stadium T1-2N0M0, berupa pengangkatan kelenjar prostat beserta vesikula seminalis
3. Radiasi terapi (radikal, adjuvant,paliatif) pada tumor yang telah metastasis.
4. Hormonal yang berguna untuk blokade androgen
• Orkidektomi subkapsula bilateral dan antiandrogen peroral
• LNRH antagonist dan antiandrogen peroral
PROGNOSIS
Berdasarkan evaluasi klinis (anamnesa + pemeriksaan fisis) didapatkan pembesaran prostat pada pasien ini adalah pembesaran ganas maka prognosisnya baik bila belum terdapat metastasis.
Download file lengkap di halaman ini
Download langsung di sini
Nama : Tn. A
Umur : 56 tahun
JK : Laki-laki
Alamat : cxxxxx
MRS : xxxx
RM : aasdsfd
Status : aaaa
ANAMNESIS
KU : Sulit buang air kecil
AT : Dialami sejak ±2 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Jika buang air kecil pasien harus mengedan dulu dan kadang terasa nyeri, pancaran kencing lemah dan terputus - putus. Setelah buang air kecil pasien merasa tidak puas dan terasa ingin buang air kecil lagi. Buang air kecil malam lebih dari 5 kali. Tidak ada riwayat kencing keluar batu , tidak ada riwayat kencing disertai darah dan nanah. Keluhan ini dirasakan semakin berat sejak 10 bulan yang lalu. Riwayat dipasangi kateter karena tidak bisa kencing sebanyak 2 kali di RSUD Kendari, pada bulan Februari tahun 2010 selama 2 minggu dan kateter dilepas, kencing dapat keluar tetapi sedikit – sedikit dan menetes. Kemudian pada bulan Agustus tahun 2010 dipasang kateter lagi selama 1 minggu. Setelah kateter dilepas pasien bisa kencing kembali, tetapi sedikit-sedikit dan menetes.
Riwayat penurunan berat badan dirasakan sejak ±10 bulan yang lalu sebanyak 5 kg. Tidak ada riwayat sering demam. Tidak ada riwayat sering nyeri tulang. BAB dalam batas normal.
Tidak ada riwayat trauma. Tidak ada riwayat menderita penyakit DM dan hipertensi. Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama. Tidak ada riwayat merokok dan konsumsi alkohol. Riwayat makanan sehari-hari berupa nasi, ikan, sayur terkadang mengkonsumsi daging dan hati sapi. Ada riwayat minum obat tradisional (rebusan daun – daunan)
PEMERIKSAAN FISIS
STATUS GENERALIS
Sakit sedang/gizi cukup/sadar
BB : 52 kg
TB : 165 cm
IMT : 19,11
STATUS VITALIS
TD: 120/80mmHg
N : 84x/i
P : 20x/i
S : afebris
Regio Genital
Penis
Inspeksi : tampak sudah disirkum, OUE terletak ditengah, udem dan hematom tidak ada
Palpasi : nyeri tekan dan massa tumor tidak ada
Skrotum
Inspeksi : Warna lebih gelap dari sekitarnya, tampak menggantung 2 buah testis pada
kantong skrotum
Palpasi : nyeri tekan dan massa tumor tidak ada, teraba 2 buah testis dengan ukuran dan
konsistensi yang sama
Perineum
Inspeksi : tampak warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, udem dan hematom tidak ada
Palpasi : nyeri tekan dan massa tumor tidak ada
RECTAL TOUCHER :
Spinchter ani mencekik, ampulla kosong, mukosa licin, teraba prostat dengan ukuran > 4 cm, permukaan berbenjol-benjol, simetris, konsistensi padat keras, pool atas tidak teraba walaupun dengan bimanual, tidak ada nyeri tekan. Handschoen: feses tidak ada, darah dan lendir tidak ada.
RESUME
Seorang laki-laki, 56 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan utama sulit buang air kecil dialami sejak ±2 tahun yang lalu, jika buang air kecil pasien harus mengedan dulu dan kadang terasa nyeri, pancaran kencing lemah dan terputus – putus, setelah buang air kecil pasien merasa tidak puas dan terasa ingin buang air kecil lagi, buang air kecil malam hari lebih dari 5 kali. Tidak ada riwayat kencing keluar batu, tidak ada riwayat kencing disertai darah dan nanah. Keluhan ini dirasakan semakin berat sejak 10 bulan terakhir. Riwayat dipasangi kateter karena tidak bisa kencing sebanyak 2 kali. Riwayat penurunan berat badan dirasakan sejak ±10 bulan yang lalu sebanyak 5 kg.
Pada pemeriksaan fisis rectal toucher teraba prostat dengan ukuran > 4 cm, permukaan berbenjol-benjol, simetris, konsistensi padat keras, pool atas tidak teraba walaupun dengan bimanual, tidak ada nyeri tekan.
Skor IPSS (International Prostate Symptoms Score) S:30 dan L:5
DISKUSI
Dari anamnesis pasien ini didapatkan keluhan utama sulit buang air kecil. Keadaan seperti ini dapat terjadi karena terdapat obstruksi pada saluran kencing bagian bawah, yang dapat disebabkan oleh batu buli – buli atau uretra, serta pembesaran prostat. Dari anamnese lebih lanjut, didapatkan keluhan lain, seperti harus mengedan saat ingin berkemih (Hesitancy), pancaran urin lemah, aliran kencing terputus-putus (Intermittency), rasa tidak puas setelah berkemih, dan menetes setelah berkemih (Terminal dribbling), susah menahan kencing (urgency), sering-sering berkemih (frequency), dan sering terbangun tengah malam untuk BAK (nocturia). Kumpulan gejala tersebut disebabkan adanya obstruksi dan iritasi pada saluran kencing bagian bawah yang disebut Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS),
Kemungkinan penyebab batu vesika urinaria dan batu uretra dapat disingkirkan dari anamnesis karena tidak didapatkan buang air kecil yang tiba – tiba berhenti yang disertai nyeri kolik dan mengalir kembali pada perubahan posisi, serta tidak ada riwayat kencing keluar batu.
Dari keluhan – keluhan diatas , yang paling memungkinkan untuk menyebabkan terjadinya obstruksi adalah suatu pembesaran kelenjar prostat. Pembesaran kelenjar prostat dapat bersifat jinak atau ganas.
Dari pemeriksaan fisis, pada rectal touchér didapatkan sphincter mencekik, ampula kosong, mukosa licin, teraba pembesaran prosat ke arah rectum ukuran lebih dari 4 cm, permukaan berbenjol-benjol, konsistensi padat keras, pole atas sulit diraba. Dari pemeriksaan bimanual tidak teraba massa dalam vesica urinaria. Hal ini lebih meyakinkan kita bahwa pasien ini menderita hipertropi prostat suspek malignansi.
Dari uraian diskusi ini (data-data yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisis) kita dapat membuat kemungkinan diagnosis yang paling mendekati adalah: hipertropi prostat suspek malignansi. Untuk memastikan diagnosis, kita dapat melakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan – pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis pada pasien ini adalah:
a. PSA (Prostat Spesific Antigen)
PSA disekresi dari sitoplasma sel prostat. Nilai normal <4>10 ng/ml dapat dicurigai keganasan. Nilai PSA antara 4-10 ng/ml dapat menandakan pembesaran yang jinak. PSA efektif sebagai penanda imunohistologis Ca prostat, dapat digunakan untuk membedakan asal Ca metastase atau menegakkan Ca prostat yang metastasis ke bladder neck atau trigonum vesicae.
b. TRUS (Trans Rectal Ultrasonography)
Membantu menegakkan diagnosis dan penentuan staging local, serta volume prostat. USG Trans rectal dapat menentukan perluasan lokal Ca prostat, pada stadium dini (A/B). Normalnya prostat terlihat sebagai echo diffuse. Pada Ca prostat sering terlihat sebagai ireguler dense echo dengan deformitas kapsul prostat. Gambaran anecho/ hipoecho pada zona perifer sering menunjukkan Ca prostat.
c. Biopsi
Biopsi dikerjakan bila:
1. Nilai PSA > 10 ng/ml
2. Nilai PSAD > 0,15, bila nilai PSA 4-10 ng/ml
Biopsi merupakan gold standar untuk diagnosis pasti dan grading patologi suatu proses keganasan.
d. CT-Scan dan MRI
CT-Scan dilakukan bila curiga adanya metastasis pada limfonodi. Yaitu pasien dengan skor Gleason >7 atau kadar PSA tinggi. Karena prostat berada didalam pelvis maka CT-Scan hanya menggambarkan anatomi saja. MRI lebih akurat dibandingkan CT-Scan dalam mengidentifikasi kapsul prostat dan vesikula seminalis, namun akurasinya belum dapat dipastikan.
e. Bone Scanning
Pemeriksaan diindikasikan jika PSA serum > 20 ng/ml. bone scanning sangat sensitive untuk mendeteksi metastasis sel tumor ke tulang (vertebra, pangkal femur, dan humerus, pelvis, costae). Agen yang dipakai ialah Te-99 sebesar 1,4 rad (lebih rendah dibanding Xray thoraks). Pada metastase Ca prostat sering terlihat sebagai gambaran asimetris tetapi kadang simetris pada tulang axial.
f. USG Abdomen
USG abdomen dapat membantu melihat pembesaran kelenjar prostat trans abdominal, selain juga dapat membantu untuk melihat saluran kencing yang lain seperti ginjal, buli – buli, ada atau tidak hidronefrosis, batu, atau gambaran cystitis.
g. Uroflowmetri
Uroflowmetri merupakan rekaman elektronik laju aliran urin saat miksi. Tes ini merupakan prosedur noninvasive yang digunakan dalam evaluasi diagnostik pada pasien dengan gejala obstruksi. Hasil dari uroflowmetri tidak spesifik untuk menentukan penyebab gejala. Laju aliran maksimal (PFR; Qmax) spesifik untuk mengidentifikasi pasien dengan hipertrofi prostat.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang kita lakukan dalam rangka persiapan tindakan atau pengobatan / toleransi operasi antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium berupa tes darah rutin termasuk faktor pembekuan/perdarahan (CT, BT, PT, APTT), kimia darah, elektrolit serta protein/ albumin.
2. Pemeriksaan foto thoraks untuk menilai paru dan jantung secara umum.
3. Pada penderita ini dengan usia lanjut (56 thn) sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan EKG, test faal paru, atau echocardiography.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Berdasarkan diskusi diatas, maka diagnosa yang paling mendekati pada pasien ini adalah Hipertrofi prostat suspek malignancy.
PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa
a. USG
b. PSA
c. TRUS
d. Uroflowmetri
e. Urinalisis + kultur/sensitifitas bila terdapat bakteri
2. Pemeriksaan untuk toleransi operasi
a. Darah rutin + faktor pembekuan (CT/BT/PT/APTT)
b. Kimia darah
c. Elektrolit
d. Protein total/albumin
e. Foto thorax
PENANGANAN
Penanganan pasien ini tergantung diagnosis pasti dari pemeriksaan penunjang, bila terbukti sesuai diagnosis klinis yang ditemukan maka tindakan paling tepat adalah biopsi prostat dan staging, bila hasilnya:
1. stadium T1 dengan umur harapan hidup kurang dari 10 tahun adalah observasi
2. Prostatektomi radikal pada tumor stadium T1-2N0M0, berupa pengangkatan kelenjar prostat beserta vesikula seminalis
3. Radiasi terapi (radikal, adjuvant,paliatif) pada tumor yang telah metastasis.
4. Hormonal yang berguna untuk blokade androgen
• Orkidektomi subkapsula bilateral dan antiandrogen peroral
• LNRH antagonist dan antiandrogen peroral
PROGNOSIS
Berdasarkan evaluasi klinis (anamnesa + pemeriksaan fisis) didapatkan pembesaran prostat pada pasien ini adalah pembesaran ganas maka prognosisnya baik bila belum terdapat metastasis.
Download file lengkap di halaman ini
Download langsung di sini
No comments:
Post a Comment