Download file lengkap di halaman ini
I. PENDAHULUAN
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari posisinya di dalam tulang panggul ke dalam vagina. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Prolapsus uteri terjadi ketika ikatan sendi atau otot-otot dasar panggul meregang atau melemah, membuat sokongan pada uterus tidak adekuat. Faktor penyabab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat. Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang kala penderita dengan prolaps yang sangat berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. ( 1,2 )
Kehamilan dapat terjadi pada prolapsus uteri tingkat I dan II. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, serviks dan kadang-kadang sebagian korpus uteri dapat menonjol dari vulva dengan derajat bervariasi. Namun seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus uteri biasanya bergerak ke atas panggul, dan hal ini dapat menarik serviks ke atas bersamanya. Apabila uterus tetap berada dalam posisi prolaps, dapat timbul gejala-gejala inkarserasi pada bulan ketiga atau keempat. ( 3 )
Apabila uterus yang makin lama makin membesar tetap di dalam panggul maka pada suatu waktu timbul gejala-gejala inkarserasi dalam kehamilan 16 minggu, dan kehamilan akan berakhir dengan keguguran. Pada umumnya wanita dengan prolaps tidak mengalami banyak kesulitan dalam kehamilan dan persalinan. Reposisi tanpa atau dengan pessarium atau tampon vaginal dan istirahat mengurangi penderitaan wanita dan kemungkinan uterus bertumbuh secara wajar sampai kehamilan mencapai cukup bulan.
Pimpinan persalinan dilaksanakan secara konservatif, pada umumnya persalinan kala I dan kala II tidak mengalami kesulitan, yang disusul dengan lahirnya bayi spontan. Koreksi prolaps dengan cara pembedahan dilakukan secepat-cepatnya 3 bulan setelah bayi lahir. ( 2,4 )
II. EPIDEMIOLOGI
Prolapsus uteri merupakan salah satu bagian dari prolapsus genitalis, dimana frekuensi prolapsus genitalis di beberapa negara berlainan, seperti di laporkan diklinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva insidennya 5,7 %, dan pada priode yang sama di Hamburg 5,4 %. Dilaporkan di mesir, india dan jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang negro amerika, indonesia kurang. Pada suku bantu di afrika selatan jarang sekali terjadi. Di indonesia prolapsus uteri lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat. Djafar siddik pada penyelidikan selama 2 tahun (1969-1970) memperoleh 63 kasus prolapsus genitalis dari 5.372 kasus ginekologi di rumah sakit Dr.Pirngadi di Medan, terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause, dan 31,74 % pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut 69 % berumur 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada wanita nullipara.(4)
III. ETIOLOGI
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit, merupakan penyebab prolapsus uteri dan memperburuk prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika prolapsus uteri terjadi segera setelah partus atau dalam masa nifas. Ascites dan tumor-tumor didaerah pelvis mempermudah terjadinya hal tersebut. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.(4)
Adapun faktor-faktor lain yang dapat mendasari terjadinya prolapsus uteri adalah :
Kelemahan jaringan ikat pada daerah rongga panggul, terutama jaringan ikat tranversal.
Pertolongan persalinan yang tak terampil sehingga meneran terjadi pada saat pembukaan belum lengkap.
Terjadi perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat penyangga vagina.
Serta ibu yang banyak anak sehingga jaringan ikat di bawah panggul kendor.
Menopause juga dapat menyebabkan turunnya rahim karena produksi hormon estrogen berkurang sehingga elastisitas dari jaringan ikat berkurang dan otot-otot panggul mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan pada rahim. ( 7 ,11 )
IV. KLASIFIKASI
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam 3 tingkat yaitu :
Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus masih di atas introitus vagina.
Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus uteri belum
Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah berada diluar vulva atau introitus vagina. ( 11 )
Download file lengkap di halaman ini
I. PENDAHULUAN
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari posisinya di dalam tulang panggul ke dalam vagina. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Prolapsus uteri terjadi ketika ikatan sendi atau otot-otot dasar panggul meregang atau melemah, membuat sokongan pada uterus tidak adekuat. Faktor penyabab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat. Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang kala penderita dengan prolaps yang sangat berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. ( 1,2 )
Kehamilan dapat terjadi pada prolapsus uteri tingkat I dan II. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, serviks dan kadang-kadang sebagian korpus uteri dapat menonjol dari vulva dengan derajat bervariasi. Namun seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus uteri biasanya bergerak ke atas panggul, dan hal ini dapat menarik serviks ke atas bersamanya. Apabila uterus tetap berada dalam posisi prolaps, dapat timbul gejala-gejala inkarserasi pada bulan ketiga atau keempat. ( 3 )
Apabila uterus yang makin lama makin membesar tetap di dalam panggul maka pada suatu waktu timbul gejala-gejala inkarserasi dalam kehamilan 16 minggu, dan kehamilan akan berakhir dengan keguguran. Pada umumnya wanita dengan prolaps tidak mengalami banyak kesulitan dalam kehamilan dan persalinan. Reposisi tanpa atau dengan pessarium atau tampon vaginal dan istirahat mengurangi penderitaan wanita dan kemungkinan uterus bertumbuh secara wajar sampai kehamilan mencapai cukup bulan.
Pimpinan persalinan dilaksanakan secara konservatif, pada umumnya persalinan kala I dan kala II tidak mengalami kesulitan, yang disusul dengan lahirnya bayi spontan. Koreksi prolaps dengan cara pembedahan dilakukan secepat-cepatnya 3 bulan setelah bayi lahir. ( 2,4 )
II. EPIDEMIOLOGI
Prolapsus uteri merupakan salah satu bagian dari prolapsus genitalis, dimana frekuensi prolapsus genitalis di beberapa negara berlainan, seperti di laporkan diklinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva insidennya 5,7 %, dan pada priode yang sama di Hamburg 5,4 %. Dilaporkan di mesir, india dan jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang negro amerika, indonesia kurang. Pada suku bantu di afrika selatan jarang sekali terjadi. Di indonesia prolapsus uteri lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat. Djafar siddik pada penyelidikan selama 2 tahun (1969-1970) memperoleh 63 kasus prolapsus genitalis dari 5.372 kasus ginekologi di rumah sakit Dr.Pirngadi di Medan, terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause, dan 31,74 % pada wanita petani, dari 63 kasus tersebut 69 % berumur 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada wanita nullipara.(4)
III. ETIOLOGI
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit, merupakan penyebab prolapsus uteri dan memperburuk prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika prolapsus uteri terjadi segera setelah partus atau dalam masa nifas. Ascites dan tumor-tumor didaerah pelvis mempermudah terjadinya hal tersebut. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.(4)
Adapun faktor-faktor lain yang dapat mendasari terjadinya prolapsus uteri adalah :
Kelemahan jaringan ikat pada daerah rongga panggul, terutama jaringan ikat tranversal.
Pertolongan persalinan yang tak terampil sehingga meneran terjadi pada saat pembukaan belum lengkap.
Terjadi perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat penyangga vagina.
Serta ibu yang banyak anak sehingga jaringan ikat di bawah panggul kendor.
Menopause juga dapat menyebabkan turunnya rahim karena produksi hormon estrogen berkurang sehingga elastisitas dari jaringan ikat berkurang dan otot-otot panggul mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan pada rahim. ( 7 ,11 )
IV. KLASIFIKASI
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam 3 tingkat yaitu :
Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus masih di atas introitus vagina.
Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus uteri belum
Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah berada diluar vulva atau introitus vagina. ( 11 )
Download file lengkap di halaman ini
No comments:
Post a Comment