Thursday, December 10, 2009

Mania tanpa Gejala Psikotik

download file lengkap di sini




I. PENDAHULUAN

Episode mania merupakan bagian dari gangguan suasana perasaan atau gangguan afektif/ “Mood” dimana kelainan fundamental dari kelompok ini berupa perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut.(1)
Mania merupakan status mental abnormal yang ditandai dengan euforia, disinhibisi sosial, aliran pikiran yang cepat, susah tidur, berbicara terus menerus, mudah mengambil resiko dan bersifat iritabilitas.(2,3)

Gangguan afektif dibedakan menurut episode tunggal atau multipel, tingkat keparahan gejala (mania dengan gejala psikotik  mania tanpa gejala psikotik  hipomania, dan depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik hingga berat dengan gejala psikotik), dan menurut dengan atau tanpa gejala somatik.(1)
Mania tanpa gejala psikotik termasuk dalam episode mania, ditandai dengan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai dengan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama). Termasuk dalam kelompok ini hipomania, mania tanpa gejala psikotik, dan mania dengan gejala psikotik. Jika ada episode afektif (depresi, manik, atau hipomanik) sebelum atau sesudahnya, maka termasuk gangguan afektif bipolar (F31).(1,4)

II. EPIDEMIOLOGI
Serangan pertama bisa muncul pada usia 15 dan 30 tahun, tetapi bisa muncul pada berbagai usia dari masa kanak-kanak hingga dekade 7 atau 8. Prevalensi terjadinya mania 0,1% terjadi di atas usia 65 tahun, 1,4% dapat terjadi dalam kelompok usia 18-44 tahun. Mania dapat terjadi pada usia tua (rata-rata 55 tahun) dengan perbadingan antara perempuan dan laki-laki 2:1.(2)

III. ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan ini tidak ketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik dan faktor psikososial. Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya beberapa pasien.(4)
Genetika. Pola penurunan genetika terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Penelitian kembar menunjukkan angka kesamaan sebesar 70% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot. Insiden dalam masyarakat umum sebesar 1% dan dalam keluarga tingkat pertama 10-15%. Jenis transmisinya kemungkinan poligenik, mengarah ke berbagai tingkat predisposisi. Penyakit bipolar dan unipolar bersifat menurun.(4,5)
Biokimia. Biokimia dari kelainan afektif tetap tidak diketahui, walaupun dua hipotesis tentang senyawa amina menghasilkan banyak penyelidikan selama bertahun-tahun. Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa setidaknya beberapa penyakit mania mungkin berhubungan dengan kelebihan katekolamin di dalam otak. Hipotesis indolamina juga membuat pernyataan serupa untuk 5 hydroxytriptamin (5HT). Metabolit utamanya asam 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA). Kelainan metabolit amin biogenik seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA), homovanillic acid (HVA), 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan cerebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien.(4,5)
Terjadinya mania secara biologi sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Terdapat hipotesis yang menjelaskan bahwa jumlah neurotransmitter serotonin di lobus temporal mungkin sangat tinggi sehingga terjadi mania. Dopamin, norepinephrine, glutamate dan GABA juga mengambil peranan yang penting. Lobus temporal berperan dalam berbicara, belajar, membaca, asosiasi huruf berisi amygdala, yang merupakan pusat emosional di otak. Bagian kiri amygdala lebih aktif pada wanita yang mania dan korteks orbitofrontal merupakan bagian yang kurang aktif (2005).(3)
Psikososial. Hal ini berhubungan dengan psikis (kejiwaan) dan keadaan lingkungan sosial seorang penderita mania. Kepribadian premorbid biasanya menunjukkan adanya gangguan afek yang ringan selama hidupnya. Keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian atau personalitas penderita mania biasanya berperilaku lebih riang, energitik, dan lebih ramah dari rata-rata. Penelitian terbaru menemukan bahwa penderita gangguan bipolar afektif yang menggunakan obat-obatan maupun alkohol, memiliki onset yang lebih awal dan penyakit yang lebih parah daripada yang tidak menggunakannya. Para pengguna obat-obatan dan alkohol tersebut lebih bersifat iritabel dengan mood/perasaan yang mudah berubah serta lebih resisten terhadap pengobatan dan lebih cenderung untuk dirawat inap di rumah sakit. Meskipun terdapat perdebatan dalam perbandingan penggunaan obat-obatan dan alkohol dan terjadinya gangguan afektif, tetapi secara umum insidens terjadinya gangguan ini pada pengguna alkohol beberapa kali lebih banyak daripada populasi lain yang tidak menggunakannya (sekitar 6%-9%).(5,13)


IV. GEJALA KLINIS
Episode mania
Biasanya paling sedikit berlangsung selama satu minggu hampir setiap hari, afeknya meningkat, lebih gembira, mudah tersinggung (iritabel) atau membumbung tinggi (ekspresif) dan terdapat hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala berupa: penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Tampilan umum :
Bersemangat, banyak bicara, melawak, hiperaktif. Ada kalanya mereka memperlihatkan gejala psikotik dan bingung sehingga perlu difiksasi dan diberikan suntikan antipsikotik.
Alam perasaan, emosi :
Perasaannya hiperthym, mudah tersinggung, tidak mudah frustrasi, mudah marah dan menyerang. Emosinya tidak stabil, bisa cepat berubah dan gembira ke depresi dalam beberapa menit saja.
Cara bicara:
Bicaranya sukar dipotong, bombastis, volumenya keras, bermain dengan kata-kata, bercanda, berpantun, dan tidak relevan. Selanjutnya bisa terjadi loncat gagasan, asosiasi menjadi longgar, konsentrasi berkurang, bisa inkoheren sehingga sukar dibedakan dengan pasien skizofrenia.
Gangguan persepsi:
75 % pasien mania mengalami waham, yang biasanya berhubungan dengan kekayaan, kemampuan yang luar biasa, kekuatan atau kehebatan yang luar biasa. Kadang-kadang ada waham dan halusinasi yang kacau dan tidak serasi.
Gangguan pikiran:
Pikiran pasien terisi dengan rasa percaya diri yang berlebihan, merasa hebat. Mereka mudah teralihkan perhatiannya, sangat produktif dan tidak terkendalikan.
Gangguan sensorium dan fungsi kognitif:
Ada sedikit gangguan pada fungsi sensorium dan kognitif, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan meskipun tidak ada gangguan orientasi dan daya ingat.
Gangguan pengendalian diri:
Sekitar 75 % pasien mania suka mengancam dan menyerang. Ada juga yang melakukan homicide dan suicide. Mereka sukar menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan kalau sedang tersinggung atau marah.
Tilikan:
Pada umumnya pasien mania mengalami gangguan tilikan. Mereka mudah melanggar hukum, pelanggaran dibidang seksual dan keuangan, kadang-kadang mereka menyebabkan kebangkrutan ekonomi keluarga.
Reliabilitas:
Pasien mania sering berbohong ketika memberikan informasi, karena berdusta dan menipu adalah biasa untuk mereka. (1,3,4,6,7,8)

V. DIAGNOSIS
Berdasarkan pedoman diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III), mania tanpa gejala psikotik:
• Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
• Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu optimistik.
• Ditambah dengan paling sedikit 4 gejala berikut ini :
 peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau seksual), atau ketidak-tenangan fisik
 lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk berbicara terus menerus
 lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa pikirannya sedang berlomba (mania dengan gejala psikotik)
 rasa harga diri yang melambung tinggi (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai waham/delusi)
 berkurangnya kebutuhan tidur
 mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada stimulus luar yang tidak penting atau yang tak berarti
 keterlibatan berlebih dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung kemungkinan resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak diperhitungkan secara bijaksana, misalnya berbelanja berlebihan, tingkah laku seksual secara terbuka, penanaman modal secara bodoh, mengemudi kendaraan (mengebut) secara tidak bertangguang jawab dan tanpa perhitungan.(1,9,10,11)

Kriteria ICD–10 untuk episode mania
(World Health Organization, 1992)
Tanpa gejala psikotik:
1. Elevasi mood atau perasaan dan iritabilitas
2. Peningkatan energi dan overaktivitas
3. Berbicara terus menerus
4. Jangka waktu tidur menjadi pendek
5. Disinhibisi sosial
6. Perhatiannya mudah teralih
7. Grandiositas
8. Gemar menghambur-hamburkan uang atau hidup foya-foya
9. Agresif.(2)

VI. DIAGNOSIS BANDING
• Intoksikasi alkohol
• Hiperkinesia pada kanak-kanak
• Tiroitoxikosa. (12)


VII. PENATALAKSAAN
1. Secara umum
Penderita perlu dirawat di dalam rumah sakit karena biasanya tidak mempunyai pandangan dan kesadaran terhadap dirinya, sehingga dapat membahayakan kesehatan fisiknya seperti kurang memperhatikan kebersihan diri, tidak mau makan, tidak tidur berhari-hari, membuang banyak uang atau menghabiskan miliknya yang memang sudah rutin dilakukan, sehingga perlu diawasi.

2. Terapi kimiawi
Obat Antimania
Obat antimania mempunyai beberapa sinonim, antara lain mood modulators, mood stabilizer, dan antimanik. Obat acuan untuk antimania adalah Lithium Carbonate. Penggolongan:
a. Mania Akut : Haloperidol. Carbamazepine, Valproic Acid, Divalproex Na
b. Profilaksis Mania: Lithium Carbonate

Obat yang dapat menenangkan perlu diberikan untuk mengurangi aktivitas penderita yang melelahkan dan agar dapat menahan penderita untuk tetap tinggal di rumah. Obat yang dapat diberikan:
 senyawa fenotiazine: promazine (100-600mg/hari), Chlorpromazine (75-500mg/hari, trifluoperazine (3-30mg/hari), perphenazine (8-30mg/hari),dll
 senyawa alkaloid: reserpine (3-9mg/hari)
 senyawa butyrophenone: Haloperidol (3-5mg/hari). Untuk kasus akut haloperidol menjadi drug of choice dan dapat mengendalikan perilaku. Pada kasus yang sangat berat dapat diberikan 5-10 mg secara intramuskular dan dapat diulang 2-4 jam sampai dosis total mencapai 30 mg. selanjutnya sama dengan kasus ringan dilanjutkan dengan 5-10 mg peroral tiga kali sehari.

3. Terapi elektrolit
Senyawa litium karbonat: Litium karbonat (400-1200mg/hari), dapat digunakan sebagai profilaksis mania dengan beberapa serangan dalam interval 2 tahun atau kurang. Litium juga efektif untuk mania akut, tetapi hanya setelah diberi terapi lain selama seminggu. Menggabungkan obat ini dengan haloperidol nampaknya agak berbahaya. Jika terapi litium gagal setelah dicoba selama paling kurang setahun, maka dapat diberikan suntikan depot flupentiksol dekanoat untuk pofilaksis.(5,12)

4. Terapi Psikososial
• terapi keluarga
• terapi interpersonal
• terapi tingkah laku
• therapeutic community
• kurangi jumlah dan berat stressor.(3)

VII. PROGNOSIS
4% mania dapat berulang, intervalnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan, tetapi dengan peningkatan jumlah serangan, maka waktu interval cenderung berkurang. Prognosis diperkirakan baik bila episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu yang singkat. Gambaran prognostik yang memuaskan dan indikator respon yang baik terhadap terapi fisik mencakup gejala endogen yang khas, misalnya mulainya mendadak, kepribadian premorbidnya stabil tanpa sifat neurotik dan sebaliknya gambaran prognostik menjadi buruk jika ada depersonalisasi, sifat bawaan histeri dan gejala atipik lainnya. Gangguan ini cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan mengalami kekambuhan 90% berulang dalam 10 tahun. (4,5,10)

VIII. KESIMPULAN
Episode mania merupakan bagian dari gangguan suasana perasaan atau gangguan afektif/ “Mood” dimana kelainan fundamental dari kelompok gangguan afektif ini berupa perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Serangan pertama bisa muncul pada usia 15 dan 30 tahun, tetapi bisa muncul pada berbagai usia dari masa kanak-kanak hingga dekade 7 atau 8.
Dasar umum untuk gangguan ini tidak ketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik dan faktor psikososial. Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya beberapa pasien
Biasanya paling sedikit berlangsung selama satu minggu hampir setiap hari, afeknya meningkat, lebih gembira, mudah tersinggung (iritabel) atau membumbung tinggi (ekspresif) dan terdapat hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin
Mania tanpa gejala psikotik harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan dan terdapat perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu optimistik.



----------------------
download file lengkap di sini

No comments: