Wednesday, December 9, 2009

PNEUMONIA

download file lengkapnya di sini



PENDAHULUAN
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.

Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia: Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia)
Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ).
Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat (PK) atau di dalam rumah sakit/ pusat perawatan (pneumonia nosokomial/PN atau pneumonia di pusat perawatan /PPP). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.
Kejadian PN di ICU lebih sering daripada PN di ruangan umum, yaitu dijumpai pada hampir 25% dari semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik. PBV didapat pada 9-27% dari pasien yang diintubasi. Risiko PBV tertinggi pada saat awal masuk ke ICU.
Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang-orang lanjut usia(lansia) dan sering terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Juga dapar terjadi pada pasien dengan penyakit lain seperti diabetes mellitus (DM), payah jantung, penyakit arteri koroner, keganasan, insufisiensi renal, penyakit syaraf kronik, dan penyakit hati kronik. Faktor predisposisi lain antara lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, diabetes mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasif seperti infus, intubasi, trakeostomi, atau pemasangan ventilator. Perlu diteliti faktor lingkungan khususnya tempat kediaman misalnya di rumah jompo, penggunaan antibiotik (AB) dan obat suntik kuman gram negatif. Pasien-pasien PK juga dapat terinfeksi oleh berbagai jenis patogen yang baru.
Anamnesis epidemiologi haruslah mencakup keadaan lingkungan pasien, tempat yang dikunjungi dan kontak dengan orang atau binatang yang menderita penyakit yang serupa. Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob dan non bakteri seperti oleh jamur, mikobakterium atau parasit.

ETIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar.
Pada masa kini terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA (Infeksi Saluran Napas Bawah Akut) akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah yang lainpada suatu Negara, diluar RS dan didalam RS. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman di suatu tempat.
Jangan menganggap kita berada di kotak steril tanpa bibit penyakit. Udara sekitar kita penuh dengan bibit-bibit penyakit. Seseorang tidak jatuh sakit karena ada keseimbangan antara sistem pertahanan tubuh kita, serta jumlah maupun keganasan bibit penyakit. Yang dimaksud dengan sistem pertahanan tubuh, misalnya struktur kulit, proses batuk, hingga sel-sel pembunuh yang berada dalam darah maupun cairan limfe kita (sistem antibodi). Untuk itu penting selalu menjaga kondisi tubuh agar tetap fit menghadapi serangan penyakit.
Pada orang-orang yang terganggu pertahanan tubuhnya, misalnya kesadaran menurun, usia lanjut, menderita penyakit pernapasan kronik/PPOM, infeksi virus, diabetes mellitus, dan penyakit kronis lainnya, termasuk juga pada penderita penyakit payah jantung atau kanker, mereka itu menjadi mudah sakit. Selain itu, jumlah bakteri atau virus serta keganasan virus/bakteri tersebut yang masuk ke tubuh calon penderita bisa mempengaruhi, apakah seseorang menjadi sakit atau tidak.
Pneumonia tidak disebabkan oleh satu penyebab saja. Pneumonia dapat disebabkan oleh 30 jenis penyebab yang dibagi dalam 5 garis besar pneumonia, yaitu bakteri, virus, micoplasma, infeksi seperti fungi termasuk pneumosistik dan oleh zat-zat kimia.


ANATOMI
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem respirasi, paru kanan memiliki tiga lobus sedangkan paru kiri dua lobus. Keduanya dipisahkan oleh mediastinum yang menutupi jantung, trachea, esophagus, dan beberapa kelenjar limfe. Paru terbungkus oleh membran pelindung yang disebut pleura yang dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma. Pada setiap pernapasan, udara masuk melalui trakhea dan terus ke bronchus kemudian mengisi ribuan alveoli pada ujung bronchus, yang dikelilingi oleh kapiler darah. Oksigen menembus membran alveoli menuju ke aliran darah. Sel darah merah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan dan selanjutnya mengangkut karbondioksida kembali ke paru dan dilepaskan ke alveoli, bronchus dan keluar melalui trakhea.

PATOGENESIS
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan (imunitas) inang, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain. Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat ringannya penyakit, diagnosis empirik, rencana terapi secara empiris serta prognosis dari pasien.
Faktor penderita (Host) adalah keadaan penderita sebelum menderita pneumonia, apakah sehat ataulah telah mempunyai sesuatu penyakit dasar/faktor predisposisi tertentu. Hal ini berhubungan dengan:
1. Mekanisme pertahanan tubuh non spesifik penderita di saluran napas bawah berupa proteksi mekanik untuk refleks batuk dan koordinasi epiglottis, klirens sekresi lendir dan keutuhan epitel bronkus.
2. Mekanisme pertahanan tubuh spesifik berupa kemampuan pembentukan antibodi, adanya komponen komplemen serum dan tingkat kuantitatif/kualitatif sel-sel fagosit. Gangguan ketahanan tubuh ini menyebabkan mudahnva penderita terkena infeksi oleh kuman yang virulensinya rendah. Keadaan ini misalnya pada penderita penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik/penyakit paru obstruktif menahun (PPOM), tumor paru; usia anak dan tua/jompo; sesudah influenza; gangguan imunolo-gik (compromised hosts). Pada HAP terutama adalah gangguan imunologik. Infeksi pada penderita yang normal disebut infeksi primer, dan bila telah ada penyakit dasar infeksi sekunder.
Faktor lingkungan menunjukkan adanya perbedaan jenis kuman yang ada di suatu daerah/negara, atau di luar dengan didalam rumah sakit (epidemiologi klinik kuman). Juga pengaruh dari sanitasi dan polusi udara.
Faktor kuman adalah sifat/karakteristik dari suatu atau lebih jenis kuman yang terdapat dalam lingkungan penderita dan kemudian menginfeksi penderita karena keadaan penderita yang cocok dengan kuman. Kuman ini akan memberikan gambaran klinik tertentu yang dapat dipakai sebagai pengenalnya.

Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui slang infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan Enterobacter.
Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi pada seluruh tubuh.

KLASIFIKASI PNEUMONIA
A. Pneumonia Bakterial
Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Infeksi paru akut yang disebabkan oleh streptococus pneumonia umumnya adalah bentuk pneumonia lobar. Namun demikian infeksi ini biasanya tidak mengenai seluruh lobus dan alveolar pneumonia lebih baik. Ada lebih 82 serotype dari S.pneumonia tapi kebanyakan pnumonia disebabkan oleh tipe 1,3,4,5,7,8,9 dan 12. tipe 8 yang paling umum terjadi. Tipe 14 menyebabkan pneumonia pada anak-anak tetapi jarang pada orang dewasa.
Gejalanya
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
Pada orang normal tubuh akan mengadakan perlawanan, dan biasanya menang, tetapi tidak pada orang-orang tua atau mereka yang daya tahan tubuhnya menurun. Karena mekanisme itu, biasanya infeksi paru-paru (pneumonia) jenis itu didahului dengan infeksi saluran napas bagian atas satu minggu sebelumnya, kemudian gejala timbul mendadak seperti panas yang tinggi (mencapai 40 derajat Celsius) disertai menggigil dengan gemeretak gigi bahkan bisa sampai muntah. Terdapat juga nyeri pleura (lapisan yang membungkus jaringan paru-paru) yang hebat dan diperberat dengan batuk dan pernapasan yang terganggu.
Jenis batuk biasanya produktif mengeluarkan lendir yang berwarna hijau atau merah tua. Penderita akan mengeluarkan keringat banyak, demam, nadi dan pernapasan meningkat. Karena kekurangan oksigen, bibir dan kuku membiru (clubbing finger). Kesadaran pasien menjadi menurun.

B. Pneumonia Akibat Virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Uraian mengenai virus dan penyakit influenza lebih terperinci akan disajikan minggu depan.
Kekerapan penyakit itu pada setiap golongan usia berbeda, bergantung pada virus penyebabnya. Respiratory syncytial virus (RSV) terbanyak pada anak balita. Sebaliknya virus varicella yang menyerang paru-paru hanya bisa diderita oleh orang dewasa. Virus influenza tipe A sendiri bisa menyerang kedua kelompok usia, namun orang dewasa lebih sering terserang virus tersebut.
Konsentrasi penduduk, terutama mereka yang tinggal di asrama lebih memungkinkan penyebaran pneumonia secara cepat, apalagi kalau hubungan dengan dunia luar terbatas seperti pada tempat latihan angkatan bersenjata. Infeksi oleh virus influenza dapat menjadi berat dan kadang-kadang berakibat fatal. Penyakit itu sering ditemukan pada penderita penyakit jantung, paru-paru, atau mereka yang sedang hamil.
Gejalanya
Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.

C. Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ).
Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi dalam perang dnia II. Mikoplasma adalah agen terkecil dialam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.

D. Pneumonia Jenis Lain
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia ( PCP ) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP disebabkan oleh jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap orang. Dahulu jamur tersebut disebut Pneumocystis carinii, tetapi para ilmuwan sekarang memakai nama Pneumocystis jiroveci, namun penyakit masih disingkatkan sebagai PCP. Sistem kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Namun, PCP menyebabkan penyakit pada anak dan pada orang dewasa dengan sistem kekebalan yang lemah. Jamur Pneumocystis hampir selalu mempengaruhi paru, menyebabkan bentuk pneumonia (radang paru). Orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 mempunyai risiko paling tinggi mengalami penyakit PCP. Orang dengan jumlah CD4 di bawah 300 yang telah mengalami IO lain juga berisiko. Sebagian besar orang yang mengalami penyakit PCP menjadi jauh lebih lemah, kehilangan berat badan, dan kemungkinan mengembangkan penyakit PCP lagi.
PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan yang baik akan mencegah atau menundah kekambuhan. Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan , gas, debu maupun jamur.
Rickettsia- juga masuk golongan antara virus dan bakteri-menyebabkan demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit ini juga mengganggu fungsi Paru, namun pneumonia tuberkulosis alis TBC adalah infeksi paru paling berbahaya kecuali dioabati sejak dini.

DIAGNOSIS RADIOGRAFI
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease) misalnya oleh streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia (segmewntal disease); dan pneumonia interstisial (Interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Pada pasien yang mengalami perbaikan klinis ulangan foto dada dapat ditunda karena resolusi pneumonia berlangsung 4-12 minggu.
Pada air space pneumonia didapatkan foto thoraks PA posisi erek tampak infiltrat diparenkim paru perifer yang semiopak, homogen tipis seperti awan, berbatas tegas, bagian perifer lebih opak dibanding bagian sentral. Konsolidasi parenkim paru tanpa melibatkan jalan udara mengakibatkan timbulnya air brinkogram. Tampak pelebaran dinding bronkiolus.
Foto rontgen toraks dapat memastikan keberadaan dan lokasi sebukan pada paru; menilai derajat infeksi paru, mendeteksi adanya kelainan pleura, kavitas paru atau limfadenopati hilus; dan mengukur respons pasien terhadap terapi antimikroba. Namun demikian, foto toraks mungkin memperlihatkan hasil yang normal pada pasien yang tidak dapat meningkatkan respons inflamasinya (misalnya pada pasien dengan agranulositosis) atau pada stadium awal dalam proses infiltratif (misalnya, pneumonia S.aureus yang hematogenosa, pneumonia Pneumocystis pada pasien AIDS).
Pemeriksaan yang penting untuk pneumonia dengan gejala yang tidak jelas adalah chest x-ray. Chest x-ray dapat memperlihatkan daerah opac (kelihatan putih) dimana memperlihatkan adanya konsolidasi. Pneumonia tidak selalu kelihatan pada x-ray apalagi pada kelainan stadium awal. Pneumonia pada x-ray bisa juga tidak kelihatan karena pada lapangan paru tertentu. Pada kasus tertentu, chest CT (computed tomography) dapat memperlihatkan pneumonia yang tidak nampak pada x-ray chest. X-ray bisa saja tidak kelihatan karena adanya banyak masalah dan CHF.
Pada sindrom loffler tampak pada daerah-daerah konsolidasi cenderung paralel dibagian luar dari dinding thoraks dan tidak terdapat pada bagian luar, homogen dan tersebar. Hal-hal tersebut cenderung menjadi singkat dan bergantian secara alami. Cavitas biasanya tidak terasosiasi.
Lokalisasi anatomik proses inflamasi seperti yang terlihat pada hasil foto toraks kadang-kadang mempunyai implikasi diagnostik. Sebagian besar mikroorganisme patogen paru akan menghasilkan lesi fokal. Distribusi multisentrik menunjukkan infeksi hematogenosa dan pada kasus semacam ini perlu dicari infeksi ditempat yang jauh, seperti endokarditis atau tromboflebitis. Distribusi yang difus menunjukkan infeksi oleh P.carinii, sitimegalovirus, virus campak atau virus herpes zoster, infeksi oleh kedua mikroorganisme yang disebutkan terakhir ini didiagnosis dengan adanya ruam yang khas yang selalu menyertai pneumonia, Empiema dan pembesaran kelenjar limpe hilus tidak lazim terdapat pada pneumonia Pneumocystis dan sitomegalovirus; keberadaan kedua gejala tersebut menunjukkan etiologi yang lain. Lesi yang difus pada pasien dengan tanggap imun yang lemah juga menunjukkan kemungkinan legionelosis, tuberkulosis, histoplasmosis atau infeksi Mycoplasma atau Stringyloides yang desiminata.
Kavitas terjadi jika bahan yang nekrotik diekskresikan ke dalam jalan nafas yang berhubungan sehingga terjadi pneumonia nekrotikan (kavitas kecil yang multipel yang masing-masing berdiameter <2>2 cm). Kuman anaerob oral, S.aureus, S.pneumoniae serotipe III, baksil aerob gram-negatif, M.tuberkulosis atau fungi dan keadaan non infeksius tertentu dapat menimbulkan nekrosis jaringan dan kavitas.

PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah memberikan terapi suportif, karena infeksi virus tidak akan memberikan respon terhadap antibiotik. Terapi suportif terdiri dari:
- udara yang lembab
- tambahan asupan cairan
- tambahan oksigen.
Untuk mencegah dehidrasi, mungkin penderita anak-anak dan lanjut usia perlu menjalani perawatan di rumah sakit. Penderita pneumonia yang berusia muda bisa segera sembuh. Hal-hal yang mempermudah penyembuhan adalah sistem pertahanan tubuh relatif baik, infeksinya belum menyebar, dan tidak menderita penyakit lain terutama penyakit kronis. 7,12
Pada penderita yang muda dan "sehat", pengobatan awal dengan antibiotik bisa mempercepat pemulihan. Untuk pneumonia karena virus, meskipun saat ini sudah tersedia preparat (obat) antivirus, belum luas digunakan berhubung harganya yang relatif mahal. Untuk itu, pengobatan pada pneumonia karena virus biasanya hanya bersifat supportive semata (tidak membunuh virusnya). Diharapkan kekebalan tubuh bisa terbentuk untuk menangkal virusnya.
Kadang diberikan obat antivirus (misalnya ribavirin atau amantadin, untuk virus influenza tipe A), terutama pada bayi dan anak-anak. Untuk pneumonia karena virus herpes dan cacar air bisa diberikan acyclovir. Beberapa penderita akan mengalami pemulihan dalam waktu 2 minggu, tanpa meninggalkan gejala sisa.
Akibat yang fatal mungkin akan ditemukan pada:
penderita lanjut usia
penderita gangguan sistem kekebalan
bayi yang menderita kelainan jantung bawaan.

------------
download file lengkapnya di sini


No comments: