Resiko kematian jantung tiba-tiba meningkat pesat dalam bulan setelah suatu serangan jantung
Oleh Robynne Boyd
WebMD Health News
4 Nov 2008 – Pasien serangan jantung menghadapi resiko kematian tertinggiakibat kematian jantung tiba-tiba dalam bulan pertama setelah serangan jantung.
Hal ini merujuk pada suatu penelitian baru oleh para peneliti dari the Veterans Affairs Medical Center dan Mayo Clinic di Minnesota. Penelitian ini ditampilkan pada tanggal 5 November di The Journal of American Medical Association.
Sejak tahun 1997,resiko mati jantung secara bertahap menurun. Meskipun demikian , hal ini masih menyebabkan sekitar 325.000 orang dewasa meninggal setiap tahunnya di Amerika Serikat, semuanya dikaitkan dengan komplikasi dari serangan jantung.
Kematian jantung tiba-tiba terjadi ketika sistem elektrik jantung mengalami kegagalan. Jantung mulai memompa secara ekstrim lebih kencang, mencegah ventrikel mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh. Tanpa darah mengalir ke otak dan organ vital lain, seorang individu secara cepat kehilangan kesadaran dan selanjutnya meninggal.
Untuk lebih memahami masalah ini lebih baik, sama seperti pengaruh dari iskemia rekurren ( aliran tidak adekuat darah ke suatu bagian jantung) dan gagal jantung pada kematian jantung mendadak, para peneliti mengamati 2.997 penduduk yang selamat dari serangan jantung di Olmsted County,Minn antara tahun 1979 hingga 2005. Rata-rata pasien berumur 67 tahun, dan 59 % adalah pria.
Peneliti memonitor para pasien melalui rekam medik sampai waktu kwmatian atau follow-up terakhir pada bulan Februari 2008.
Selama waktu itu, 1160 pasien meninggal, dengan 282 dari kematian ini disebabkan oleh kematian jantung tiba-tiba. Tingkat kematian jantung tiba-tiba pada pasien yang telah mengalami suatu serangan jantung dalam 30 hari adalah empat kali lebih tinggi dibandingkan yang ditemukan dalam populasi umum. Pada setiap tahun berikutnya, meskipun tingkat kematian jantung tiba-tiba lebih menurun dibandingkan dengan yang diperkirakan.
Para peneliti juga menemukan bahwa iskemia rekuren tidak dikaitkan dengan kematian jantung tiba-tiba. Namun, pasien yang mengalam gagal jantung selama masa pemeriksaan lebih dari empat kali lipat resiko mengalami kematian jantung tiba-tiba dibandingkan dengan populasi umum. Terjemahan ini dalam peningkatan absolute dalam resiko kematian tiba-tiba sekitar 2,5% dalam 30 hari setekah serangan jantung dan selanjutnya sesudah itu.
”Resiko dari kematian jantung tiba-tiba tertinggi selama bulan pertama setelah infark miokard, ketika ditandai melebihi tingkatan dalam populasi umum,” penulis menyimpulkan ,” Dalam 30 hari, resiko kematian jantung tiba-tiba menurun dengan cepat namun ditandai pula dengan peningkatan kejadian gagal jantung selama follow-up.”
Dengan kata lain, sangat penting untuk melanjutkan memonito r pasien serangan jantung jauh setelah kejadian inisial karena komplikasi yang menakutkan masih dapat terjadi lama setelah episode serangan jantung awal.
Secara positif, para peneliti mencatat secara keseluruhan 40 % menurun dalam kejadian kematian jantung tiba-tiba selama masa penelitian, sejajar dengan perubahan dalam penatalaksanaan dari pasien yang selamat serangan jantung selama masa ini.
Oleh Robynne Boyd
WebMD Health News
4 Nov 2008 – Pasien serangan jantung menghadapi resiko kematian tertinggiakibat kematian jantung tiba-tiba dalam bulan pertama setelah serangan jantung.
Hal ini merujuk pada suatu penelitian baru oleh para peneliti dari the Veterans Affairs Medical Center dan Mayo Clinic di Minnesota. Penelitian ini ditampilkan pada tanggal 5 November di The Journal of American Medical Association.
Sejak tahun 1997,resiko mati jantung secara bertahap menurun. Meskipun demikian , hal ini masih menyebabkan sekitar 325.000 orang dewasa meninggal setiap tahunnya di Amerika Serikat, semuanya dikaitkan dengan komplikasi dari serangan jantung.
Kematian jantung tiba-tiba terjadi ketika sistem elektrik jantung mengalami kegagalan. Jantung mulai memompa secara ekstrim lebih kencang, mencegah ventrikel mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh. Tanpa darah mengalir ke otak dan organ vital lain, seorang individu secara cepat kehilangan kesadaran dan selanjutnya meninggal.
Untuk lebih memahami masalah ini lebih baik, sama seperti pengaruh dari iskemia rekurren ( aliran tidak adekuat darah ke suatu bagian jantung) dan gagal jantung pada kematian jantung mendadak, para peneliti mengamati 2.997 penduduk yang selamat dari serangan jantung di Olmsted County,Minn antara tahun 1979 hingga 2005. Rata-rata pasien berumur 67 tahun, dan 59 % adalah pria.
Peneliti memonitor para pasien melalui rekam medik sampai waktu kwmatian atau follow-up terakhir pada bulan Februari 2008.
Selama waktu itu, 1160 pasien meninggal, dengan 282 dari kematian ini disebabkan oleh kematian jantung tiba-tiba. Tingkat kematian jantung tiba-tiba pada pasien yang telah mengalami suatu serangan jantung dalam 30 hari adalah empat kali lebih tinggi dibandingkan yang ditemukan dalam populasi umum. Pada setiap tahun berikutnya, meskipun tingkat kematian jantung tiba-tiba lebih menurun dibandingkan dengan yang diperkirakan.
Para peneliti juga menemukan bahwa iskemia rekuren tidak dikaitkan dengan kematian jantung tiba-tiba. Namun, pasien yang mengalam gagal jantung selama masa pemeriksaan lebih dari empat kali lipat resiko mengalami kematian jantung tiba-tiba dibandingkan dengan populasi umum. Terjemahan ini dalam peningkatan absolute dalam resiko kematian tiba-tiba sekitar 2,5% dalam 30 hari setekah serangan jantung dan selanjutnya sesudah itu.
”Resiko dari kematian jantung tiba-tiba tertinggi selama bulan pertama setelah infark miokard, ketika ditandai melebihi tingkatan dalam populasi umum,” penulis menyimpulkan ,” Dalam 30 hari, resiko kematian jantung tiba-tiba menurun dengan cepat namun ditandai pula dengan peningkatan kejadian gagal jantung selama follow-up.”
Dengan kata lain, sangat penting untuk melanjutkan memonito r pasien serangan jantung jauh setelah kejadian inisial karena komplikasi yang menakutkan masih dapat terjadi lama setelah episode serangan jantung awal.
Secara positif, para peneliti mencatat secara keseluruhan 40 % menurun dalam kejadian kematian jantung tiba-tiba selama masa penelitian, sejajar dengan perubahan dalam penatalaksanaan dari pasien yang selamat serangan jantung selama masa ini.
No comments:
Post a Comment